Perjuangan Warga Gaza Merayakan Iduladha di Tengah Perang: Saya Bahkan tak Bisa Beli Roti, tak Ada Daging
Nasional

Saat umat Islam di seluruh dunia merayakan Iduladha, masyarakat Palestina, Gaza khususnya hanya bisa sedih. Mereka tidak bisa berbuat banyak. Jangankan berkurban, bahkan untuk makan sehari-hari pun kesulitan.
Seperti saat Idulfitri lalu, Iduladha pun menjadi tantangan berat untuk mereka. Bahkan lebih. Karena Israel memblokade bantuan. Kalau pun ada, menjadi sangat ketat. Perayaan tradisional Iduladha menjadi hampir mustahil.
Harga Domba, Sapi Selangit Warga tak Mampu Beli
Baca Juga: Puan: Iduladha Momentum Perkuat Solidaritas dan Kepedulian Sosial
Tenda-tenda pengungsian di Gaza/Foto: YouTube Al Jazeera English
Sejak perang Israel-Hamas yang sudah berlangsung selama 20 bulan, hampir sebagian besar ternak yang ada di Gaza mati. Saat ini masih tersisa sedikit saja, namun harganya selangit. Siapa yang sanggup? Bahkan membeli roti saja mereka tak mampu, apalagi daging.
Padahal, dulu, sebelum perang, Iduladha, Festival Kurban dirayakan penuh sukacita warga Gaza. Biasanya mereka menyembelih domba atau sapi, berbagai dengan orang miskin. Warga makan malam bersama keluarga besar dan anak-anak menerima pakaian baru, dikutip dari middleeasteye.net
Baca Juga: Bagong Sapi Pilihan Presiden Prabowo, Dulu Pernah Diusulkan Jadi Hewan Kurban Jokowi tapi Gagal
Tapi kini hal itu tidak ada lagi. Setidaknya sudah tiga bulan tidak ada daging segar yang masuk. Sejumlah kecil hewan tetap berada di kandang darurat di kamp tenda al-Mawasi di pantai selatan Gaza, tetapi hanya sedikit yang mampu membelinya.
Beberapa anak berkumpul untuk melihat domba, kambing, sapi, dan bahkan unta, membaca doa-doa hari raya di tengah kesulitan.
“Saya bahkan tidak Bisa Membeli Roti”
Foto: YouTube Al Jazeera English
"Saya bahkan tidak bisa membeli roti. Tidak ada daging, tidak ada sayuran," kata Abdel Rahman Madi kepada kantor berita Associated Press. "Harganya sangat mahal."
Di dekat Khan Younis, kios-kios pasar memajang mainan domba yang diawetkan, pernak-pernik liburan, dan pakaian bekas. Namun, sebagian besar pembeli pulang dengan tangan hampa setelah melihat harga yang mahal.
Foto: YouTube Al Jazeera English
“Sebelumnya, suasananya seperti Idul Adha, anak-anak senang … Sekarang dengan blokade, tidak ada tepung, tidak ada pakaian, tidak ada kegembiraan,” kata Hala Abu Nqeira kepada AP.
“Kami hanya berusaha mencari tepung untuk anak-anak kami. Setiap hari, kami mencarinya dengan harga yang pantas, tetapi tidak mungkin menemukannya.”***
Sumber: Middleeasteye.net, AP, sumber lainnya