PM Italia Giorgia Meloni Sebut Demo di Negaranya Gak Bermanfaat bagi Rakyat Palestina
 031020257.jpg)
Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni mengkritik gerakan Sumud Flotilla, bantuan yang dicegat di lepas pantai Gaza oleh militer Israel, dengan mengatakan pada Kamis bahwa misi para aktivis tersebut dan mogok yang direncanakan di Italia untuk mendukungnya tidak akan membawa manfaat bagi warga Palestina.
Pasukan Israel telah menaiki puluhan kapal yang membawa ratusan aktivis, termasuk sekitar 40 orang Italia, saat mereka berusaha menembus blokade maritim di Jalur Gaza.
Mogok Para Pekerja
Baca Juga: AS Terbitkan Peringatan Perjalanan ke Italia Sebelum Memorial Day
Giorgia Meloni bersama Paus Leo. (instagram giorgiameloni)
Serikat pekerja Italia menyerukan mogok umum pada Jumat sebagai solidaritas terhadap flotilla itu, sementara protes bermunculan di sejumlah kota setelah kabar menyebar pada Rabu malam bahwa kapal-kapal tersebut dihentikan.
Berbicara di sela-sela KTT Uni Eropa di Kopenhagen, Meloni secara sarkastis menyatakan bahwa mogok yang direncanakan hanyalah alasan bagi para serikat pekerja untuk menikmati libur akhir pekan.
“Saya akan berharap bahwa setidaknya dalam isu sepenting ini mereka tidak menyerukan mogok umum pada hari Jumat, karena akhir pekan panjang dan revolusi tidak sejalan,” katanya, seperti dikutip Reuters.
“Saya tetap percaya bahwa semua ini tidak membawa manfaat bagi rakyat Palestina,” kata Meloni kepada wartawan.
“Sebaliknya, tampaknya hal ini justru akan membawa banyak ketidaknyamanan bagi rakyat Italia,” tambahnya, merujuk pada mogok hari Jumat, serta protes pro-Palestina yang sebelumnya telah diserukan untuk Sabtu.
Sikap Pemerintah Italia terhadap Israel
PM Italia Giorgia Meloni. (instagram giorgiameloni)
Serikat pekerja Italia menuduh pemerintah tidak memberikan tekanan kepada Israel untuk menghentikan perang dan mengizinkan akses bantuan tanpa hambatan ke Gaza.
Saat berpidato di parlemen pada Kamis, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan Roma telah mendukung hak Israel untuk membela diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza.
Namun, ia menegaskan kembali bahwa operasi Israel di Gaza telah melampaui pembelaan diri dan melanggar hukum kemanusiaan.
“Gaza bukan Hamas. Palestina bukan Hamas,” ujarnya.