Profil Denny JA, Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi yang Punya Harta Rp3,07 Triliun
Komisaris Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Denny Januar Ali atau yang lebih dikenal dengan Denny JA, tercatat memiliki harta kekayaan mencapai Rp3,07 triliun.
Laporan tersebut telah diserahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak awal masa jabatannya, tepatnya pada 27 Agustus 2025.
Menurut data dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), kekayaan Denny JA berasal dari berbagai aset, mulai dari tanah dan bangunan, kendaraan, hingga surat berharga.
Baca Juga: Survei LSI Denny JA: 74,6 Persen Publik Tak Percaya Ijazah Jokowi Palsu
Ia memiliki 103 bidang tanah dan bangunan yang tersebar di berbagai kota, dengan total nilai mencapai Rp594,3 miliar.
Selain itu, Denny juga tercatat memiliki alat transportasi dan mesin senilai Rp7,8 miliar, harta bergerak lainnya sebesar Rp5,5 miliar, serta surat berharga senilai Rp5,3 miliar.
Sementara kas dan setara kasnya mencapai Rp31,5 miliar, dan harta lainnya senilai Rp2,4 triliun.
Dengan total aset sebesar Rp3,09 triliun, setelah dikurangi utang senilai Rp17,3 miliar, maka kekayaan bersih Denny JA tercatat sebesar Rp3,07 triliun.
Lantas, seperti apa sosok Denny JA?
Profil Singkat Denny JA
Komisaris Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Denny Januar Ali (Denny JA), tercatat memiliki harta kekayaan mencapai Rp3,07 triliun [Wikipedia]
Denny JA dikenal luas sebagai sosok intelektual, konsultan politik, dan penulis produktif di Indonesia.
Ia memulai perjalanan akademiknya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tempat ia meraih gelar sarjana pada tahun 1989.
Kemudian, ia melanjutkan studi ke University of Pittsburgh, Amerika Serikat, dan berhasil meraih gelar Master of Public Administration pada tahun 1994.
Tak berhenti di situ, Denny menuntaskan pendidikan doktornya di bidang Politik Perbandingan di Ohio University pada tahun 2001.
Namanya mulai dikenal luas setelah mendirikan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2003, diikuti dengan Lingkaran Survei Indonesia pada 2005, Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI) pada 2007, dan Asosiasi Konsultan Politik Indonesia (AKOPI) pada 2009.
Atas kiprahnya, Majalah Time menobatkannya sebagai salah satu dari 30 Tokoh Paling Berpengaruh di Internet pada tahun 2015.
Ia juga menerima The Legend Award dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Lemprid) karena menjadi konsultan politik yang memenangkan presiden selama lima periode berturut-turut — dari 2004 hingga 2024.
Sebelum dikenal luas sebagai tokoh survei, Denny sempat menjabat sebagai Direktur Eksekutif Universitas Jayabaya Jakarta (2000–2003), sekaligus menjadi pembawa acara program politik di Metro TV dan Radio Delta FM.
Pernah Terlibat Isu Jabatan
Denny JA dikenal luas sebagai sosok intelektual, konsultan politik, dan penulis di Indonesia. [Dok.Pertamina]
Pada tahun 2020, Denny sempat menjadi sorotan publik setelah dikabarkan meminta jabatan Komisaris PT Inalum (Persero). Isu itu berawal dari pesan singkat yang salah kirim di grup WhatsApp dan beredar luas.
Namun, Denny membantah kabar tersebut dan menanggapinya dengan menulis sebuah cerpen satir, menyebut peristiwa itu sebagai gosip semata.
Selain dikenal sebagai konsultan politik senior, Denny juga aktif di bidang sastra dan literasi.
Ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) periode 2021–2026 dan tercatat sebagai salah satu dari 33 tokoh sastra paling berpengaruh dalam sejarah sastra modern Indonesia versi Yayasan H.B. Jassin.
Kiprahnya diakui di tingkat Asia Tenggara, dengan menerima Penghargaan Sastra Kemanusiaan dan Diplomasi ASEAN dari Badan Bahasa dan Sastra Malaysia pada tahun 2020.
Setahun kemudian, Satupena memberinya Lifetime Achievement Award atas dedikasinya di dunia literasi.