Profil Ibnu Sirin, Sang Penafsir Mimpi Disejajarkan Nabi Yusuf
Lifestyle

Ibnu Sirin atau Muhammad bin Sirin, yang juga dikenal sebagai Abu Bakar al-Basri, merupakan tokoh penting dalam sejarah Islam, khususnya dalam bidang penafsiran mimpi.
Sosoknya dianggap sejajar dengan Nabi Yusuf dalam keahliannya membaca makna mimpi.
Berkat gabungan antara ilmu bahasa, kebijaksanaan, serta pengamatan tajam terhadap manusia, Ibnu Sirin menjadi rujukan utama dalam ilmu tafsir mimpi.
Baca Juga: Arti Mimpi Rambut Rontok
Lahir di Basra pada tahun 33 Hijriah (653 Masehi), Ibnu Sirin wafat pada tahun 110 Hijriah (729 M) di usia 76 tahun. Ia tumbuh dalam lingkungan penuh ilmu, belajar langsung dari para sahabat Nabi seperti Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, dan Abu Hurairah.
Ayahnya berasal dari keturunan budak perang dan bekerja sebagai pengrajin tembaga, sementara ibunya, Safia, pernah menjadi budak milik Abu Bakar ash-Shiddiq. Ibnu Sirin dikenal sangat berbakti pada ibunya—ia bahkan tak pernah meninggikan suara di hadapannya.
Baca Juga: Arti Mimpi Berada di Ketinggian
Ibnu Sirin dikenal bersahabat dekat dengan tokoh sufi terkenal Hassan al-Basri. Meski kemudian mereka berpisah karena alasan yang tidak diketahui, keduanya dikenal menempuh jalan spiritual yang sama.
Dalam kesehariannya, Ibnu Sirin dikenal sebagai sosok sederhana, humoris, namun mendalam secara spiritual. Ia kerap berpuasa selang-seling dan menghabiskan malam dengan salat serta membaca syair.
Ahli Tafsir Mimpi yang Tak Pernah Mencari Keuntungan
Ilustrasi (Meta AI)
Ibnu Sirin dikenal luas di kalangan masyarakat karena keahliannya menafsirkan mimpi.
Buku karyanya yang berjudul Panduan Ringkas untuk Penafsiran Mimpi masih menjadi rujukan hingga saat ini, meski belum banyak kajian ilmiah yang mendalami metode tafsirnya secara mendalam.
Ia menafsirkan mimpi berdasarkan makna literal yang dipadukan dengan pemahaman psikologis terhadap orang yang bermimpi.
Ia sering menafsirkan mimpi di pasar dan majelis, bahkan berani menyampaikan tafsirnya kepada para penguasa meski kerap memicu risiko politik.
Namun, keberaniannya tak pernah surut. Meski terkenal, Ibnu Sirin menjalani hidup dalam kesederhanaan. Ia bekerja di pasar sebagai pedagang kain dan enggan menerima hadiah dari kekuasaan.
Karena sikap kritisnya terhadap pemerintah Umayyah, ia sempat dipenjara.
Dikenang karena Integritas dan Kebijaksanaannya
Ilustrasi (Meta AI)
Ibnu Sirin hidup sejaman dengan tokoh kontroversial al-Hajjaj bin Yusuf. Namun, meski al-Hajjaj dikenal kejam, Ibnu Sirin menolak mencelanya setelah wafat.
Baginya, hanya Allah yang berhak menghakimi dosa seseorang. Sikap bijaknya ini menunjukkan kedalaman spiritualitas dan komitmennya terhadap kejujuran.
Dalam salah satu kisah, al-Hajjaj pernah bermimpi didatangi dua bidadari dan hanya memilih satu di antaranya.
Tafsir resmi dari istana menganggap mimpi itu pertanda baik, namun Ibnu Sirin memberi tafsir berbeda—ia menyebutnya sebagai simbol perpecahan, dan ternyata benar terjadi.
Ibnu Sirin meninggalkan warisan keilmuan yang besar, meski hanya satu dari 30 anaknya yang hidup dan meneruskan jejaknya.
Hingga kini, namanya tetap harum sebagai tokoh yang membawa penafsiran mimpi ke level ilmu yang mendalam dan penuh nilai spiritual.
Sumber: Al Arabiya