Saat Bobby Razia Plat Aceh, Mualem Malah Jajan dari Pedagang Plat BK
Daerah

Kedewasaan Politik Seorang Mualem
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, bersama Menko Infrastruktur & Pembangunan Kewilayahan, Agus Yudhoyono (Instagram @agusyudhoyono)
Narasi yang berkembang menyebut bahwa apa yang dilakukan Mualem mencerminkan kedewasaan politik dan empati sosial, berbeda dengan pendekatan koersif yang belakangan trending akibat razia plat BL.
Foto sederhana itu disebut lebih “mengena” dibanding seribu konferensi pers.
Kebijakan razia yang digalakkan Bobby diyakini lahir dari kebutuhan meningkatkan pemasukan daerah. Namun pendekatan menertibkan kendaraan Aceh sambil menuntut perubahan plat dianggap kurang sensitif terhadap hubungan sosial dan ekonomi masyarakat lintas provinsi.
Apalagi kendaraan berplat BK bebas melintas, berdagang, hingga mencari nafkah di Aceh tanpa hambatan.
Fenomena pedagang es krim berplat BK yang beroperasi di Aceh sejatinya bukan hal baru, dan warga setempat tak pernah mempermasalahkannya.
Bahkan motor sang pedagang dalam foto itu tercatat memakai plat BK 3390 ACI dengan masa berlaku pajak aktif hingga 2022, menandakan sah secara administrasi dan lazim digunakan untuk mencari nafkah di wilayah jiran.
Warganet melihat momen itu sebagai pengingat bahwa perbedaan kode plat nomor tidak seharusnya menjadi jurang pemisah.
Di tingkat akar rumput, kerja sama dan toleransi jauh lebih bernyawa daripada sekadar regulasi yang membatasi kendaraan masuk.
Foto Mualem dan pedagang es krim akhirnya menjadi simbol bahwa keakraban antardaerah bisa bertahan tanpa harus mengorbankan identitas.
Sementara itu, suhu perdebatan tentang razia plat BL terus berkobar. Banyak pihak menuntut kebijakan lebih bijak, bukan sekadar instruksi mengganti plat menjadi BK.
Mereka menilai pendekatan kolaboratif antarprovinsi lebih relevan daripada membangun sekat administratif dengan alasan pajak atau PAD.
Hingga kini, unggahan foto tersebut masih bergulir di dunia maya.
Di balik senyum seorang gubernur dan gerobak es krim sederhana, terselip kritik sosial terhadap cara memimpin yang kaku.
Peristiwa itu menjadi pengingat bahwa harmoni antarwilayah tidak tumbuh dari razia, melainkan dari empati dan rasa saling memahami.