Saat Bobby Razia Plat Aceh, Mualem Malah Jajan dari Pedagang Plat BK
Daerah

Gonjang-ganjing antarprovinsi kembali memanas sejak Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, gencar melakukan razia kendaraan berplat BL di wilayahnya.
Kebijakan ini dikaitkan dengan dorongan agar pemilik kendaraan asal Aceh mengganti plat mereka menjadi BK demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sumut.
Baca Juga: Gubernur Aceh yang Juga Mantan Panglima GAM Pastikan Pertahankan 4 Pulau Dicaplok Sumut
Publik Aceh menilai langkah tersebut sebagai pembatasan mobilitas ekonomi dan perlakuan tidak setara terhadap warga daerah tetangga.
Foto Mualem Jajan ke Pedagang Bersepeda Motor Plat Sumatera Utara
Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem saat jajan ke pedagang pakai plat BK. (The Aceh Post)
Baca Juga: Biografi dan Agama Muzakir Manaf, Eks Panglima GAM yang Kini Gubernur Aceh
Di tengah hiruk-pikuk kritik terhadap Bobby, sebuah foto lawas Muzakir Manaf atau Mualem – kini Gubernur Aceh – kembali mencuat ke lini masa dan memantik reaksi publik.
Foto tersebut menampilkan dirinya sedang berdiri santai membeli es krim dari seorang pedagang keliling.
Bukan sekadar potret keakraban pemimpin dengan rakyatnya, unggahan itu disorot karena satu hal krusial: kendaraan sang pedagang membawa plat BK, identitas resmi Sumatera Utara.
Yang membuat foto itu makin menarik adalah konteks waktunya. Potret tersebut diambil sebelum Mualem menjabat sebagai orang nomor satu di Aceh, tepatnya pada tahun 2022 di kawasan Panton Labu, Aceh Utara.
Lokasinya berada di depan masjid setelah salat, dan momen itu diabadikan tanpa rekayasa, menurut penjelasan Azhari Cage, anggota DPD RI asal Aceh yang mengonfirmasi keaslian dokumentasi tersebut.
Ketika perdebatan soal plat kendaraan sedang membara, kemunculan foto itu dinilai masyarakat sebagai sindiran elegan terhadap kebijakan razia yang digulirkan dari Medan.
Kontrasnya terlalu mencolok untuk diabaikan: satu gubernur sedang menyisir kendaraan dari Aceh, sementara gubernur tetangganya dengan tenang memberi ruang rezeki bagi pedagang kecil asal Sumut tanpa mempertanyakan nomor polisi kendaraannya.
Di media sosial, warganet Aceh dan Sumatera Utara merespons foto tersebut dengan berbagai komentar bernada kritik sekaligus apresiasi.
Kedewasaan Politik Seorang Mualem
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, bersama Menko Infrastruktur & Pembangunan Kewilayahan, Agus Yudhoyono (Instagram @agusyudhoyono)
Narasi yang berkembang menyebut bahwa apa yang dilakukan Mualem mencerminkan kedewasaan politik dan empati sosial, berbeda dengan pendekatan koersif yang belakangan trending akibat razia plat BL.
Foto sederhana itu disebut lebih “mengena” dibanding seribu konferensi pers.
Kebijakan razia yang digalakkan Bobby diyakini lahir dari kebutuhan meningkatkan pemasukan daerah. Namun pendekatan menertibkan kendaraan Aceh sambil menuntut perubahan plat dianggap kurang sensitif terhadap hubungan sosial dan ekonomi masyarakat lintas provinsi.
Apalagi kendaraan berplat BK bebas melintas, berdagang, hingga mencari nafkah di Aceh tanpa hambatan.
Fenomena pedagang es krim berplat BK yang beroperasi di Aceh sejatinya bukan hal baru, dan warga setempat tak pernah mempermasalahkannya.
Bahkan motor sang pedagang dalam foto itu tercatat memakai plat BK 3390 ACI dengan masa berlaku pajak aktif hingga 2022, menandakan sah secara administrasi dan lazim digunakan untuk mencari nafkah di wilayah jiran.
Warganet melihat momen itu sebagai pengingat bahwa perbedaan kode plat nomor tidak seharusnya menjadi jurang pemisah.
Di tingkat akar rumput, kerja sama dan toleransi jauh lebih bernyawa daripada sekadar regulasi yang membatasi kendaraan masuk.
Foto Mualem dan pedagang es krim akhirnya menjadi simbol bahwa keakraban antardaerah bisa bertahan tanpa harus mengorbankan identitas.
Sementara itu, suhu perdebatan tentang razia plat BL terus berkobar. Banyak pihak menuntut kebijakan lebih bijak, bukan sekadar instruksi mengganti plat menjadi BK.
Mereka menilai pendekatan kolaboratif antarprovinsi lebih relevan daripada membangun sekat administratif dengan alasan pajak atau PAD.
Hingga kini, unggahan foto tersebut masih bergulir di dunia maya.
Di balik senyum seorang gubernur dan gerobak es krim sederhana, terselip kritik sosial terhadap cara memimpin yang kaku.
Peristiwa itu menjadi pengingat bahwa harmoni antarwilayah tidak tumbuh dari razia, melainkan dari empati dan rasa saling memahami.