Sanad Keilmuan Gus Yahya, Tak Lagi Berstatus Ketua Umum PBNU per 26 November 2025
Surat edaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bernomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025 beredar luas. Surat itu berisi, salah satunya terkait KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya yang tak lagi berstatus Ketua Umum PBNU.
Surat itu ditandatangani Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir, serta Katib Syuriah PBNU KH Ahmad tajul Mafakhir. Ditujukan kepada jajaran PBNU Pleno, PWNU se-Indonesia, PCNU se-Indonesia, dan PCI-NU di luar negeri.
Dalam surat itu dijelaskan bahwa kepemimpinan PBNU, selama kekosongan jabatan Ketum PBNU, berada di tangan Rais Aam selaku pimpinan tertinggi organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Baca Juga: Gus Yahya Diguncang Skandal! PBNU Beri Ultimatum 3 Hari: Mundur atau Dicopot!
PBNU juga mempersilakan Gus Yahya bila ingin mengajukan keberatan melalui Majelis Tahkim sesuai Peraturan Perkumpulan NU Nomor 14 Tahun 2025 tentang Penyelesaian Perselisihan Internal.
Isi Surat Edaran
Gus Yahya tak lagi berstatus Ketum PBNU per 26 November 2025 berdasar surat edaran yang beredar luas. [Dok. PBNU]Terdapat sejumlah poin penting terkait hasil keputusan Syuriah PBNU tersebut, di antaranya:
Baca Juga: Biodata dan Agama Charles Holland Taylor, Dicopot sebagai Penasihat Khusus Ketum PBNU
- Rais Aam PBNU telah menyerahkan Risalah Rapat Harian Syuriyah kepada KH Yahya Cholil Staquf pada 21 November 2025. Namun dokumen itu disebutkan dikembalikan lagi kepada KH Afifuddin Muhajir.
- Sistem persuratan Digdaya mencatat bahwa KH Yahya Cholil Staquf menerima dan membaca surat resmi penyampaian hasil rapat Syuriyah pada 23 November 2025 pukul 00.45 WIB.
- Berdasarkan ketentuan organisasi, PBNU menyatakan bahwa KH Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU terhitung 26 November 2025 pukul 00.45 WIB.
- Dengan demikian, KH Yahya Cholil Staquf disebut tidak lagi berwenang menggunakan atribut maupun bertindak atas nama PBNU sejak waktu tersebut.
- PBNU juga menyampaikan akan segera menggelar Rapat Pleno untuk menindaklanjuti mekanisme pergantian antar waktu sesuai aturan organisasi.
Sosok Gus Yahya
Kh Yahya Cholil Staquf atu Gus Yahya merupakan keturunan dari keluarga besar ulama KH Bisri Mustofa. [Instagram @yahyacholilstaquf]Gonjang-ganjing di internal PBNU menyita perhatian publik dalam beberapa hari terakhir. Tak jarang yang penasaran dengan profil Gus Yahya.
Gus Yahya atau KH Yahya Cholil Staquf merupakan salah satu putra dari KH Cholil Bisri. Ia lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 16 Februari 1966.
Gus Yahya memiliki adik yang juga mantan Menteri Agama, yakni Yaqut Cholil Qoumas atau yang akrab disapa Gus Yaqut.
Paman dari Gus Yahya juga merupakan seorang ulama kenamaan NU. Yakni KH Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Mus.
Bahkan, Gus Mus pernah menjabat Rais Aam PBNU dari 3 Maret 2014 hingga 6 Agustus 2016.
Jabatan di PBNU
Gus Yahya PBNU terpilih menjadi Ketum PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 2021 silam. [Instagram @nahdlatululama]Sebelum menjabat Ketum PBNU, Gus Yahya diberi kepercayaan mengemban jabatan Katib Aam PBNU periode 2015-2020.
Ia terpilih menjadi Ketua Umum PBNU periode 2022-2027 pada Muktamar ke-34 NU di Bandar Lampung.
Gus Yahya memenangi voting pemilihan Ketum PBNU dengan perolehan 337 suara.
Sedangkan KH Said Aqil Siradj yang sebelumnya menjabat Ketua Umum PBNU dua periode, meraih 210 suara.
Sanad Keilmuan
Gus Yahya ziarah ke makam ulama NU yang juga Pahlawan Nasional, KH Abdul Wahab Chasbullah. [Instagram @nahdlatululama]Sejak kecil, Gus Yahya telah menerima pendidikan formal dan spiritual dari ayah, paman, dan kakeknya, yakni KH Bisri Mustofa.
Sanad keilmuan Gus Yahya juga mengalir dari sejumlah guru yang juga ulama terkenal. Salah satunya KH Ali Maksum, Rais Aam PBNU 1981-1984.
Di bawah bimbingan KH Ali Maksum, Gus Yahya belajar ilmu-ilmu Islam di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak Yogyakarta.
Dilansir dari gusyahya.id, KH Ali Maksum merupakan murid dari Syekh Umar Hamdan al-Makki (1858-1948) dan Syeh Hasan Masshat al-Makki (1900-1979) di Mekkah. Arab Saudi.
Dan juga menjadi guru dari beberapa tokoh modern Indonesia yang amat berpengaruh, termasuk KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (1940-2009) Presiden ke-4 RI, dan juga KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, seorang ulama, budayawan, pelukis dan salah satu pemimpin karismatik NU.