Satu Korban Hilang Banjir Bandang Kota Ternate Akhirnya Ditemukan
Daerah

FT News – Tim gabungan akhirnya menemukan satu korban Banjir Bandang di Kelurahan Rua, Kota Ternate, Minggu (1/9) petang. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Proses pencarian korban sudah berlangsung selama sepekan. Bahkan, sempat diperpanjang selama tiga hari.Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban ditemukan sekitar pukul 19.00 waktu setempat atau WIT.
Dengan ditemukannya korban, operasi pencarian dan evakuasi akan ditutup. Totalnya,semua korban hilang, yang berjumlah 19 orang dan telah ditemukan tim gabungan.
Baca Juga: Januari- November, 3.354 Bencana Alam Terjadi di IndonesiaÂÂ
"Selanjutnya, satu korban meninggal dunia yang baru saja ditemukan akan dirujuk ke instalasi medis setempat. Hal tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi korban," jelas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya, Senin (2/9).
Korban banjir bandang Kota Ternate akhirnya ditemukan. Korban ditemukan Minggu (1/9) petang. (Dok. BNPB)
Operasi pencarian korban hilang ini, lanjutnya, telah dilakukan sejak hari pertama bencana terjadi pada Minggu lalu (25/8), yang menerjang Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara.
Baca Juga: Perkuat Mitigasi Bencana di Wilayah Jalur Mudik Nataru
Sementara itu, Pos Komando (Posko) Penanganan Bencana Banjir Bandang Kelurahan Rua mencatat pada hari ini, Minggu (1/9), warga yang mengungsi di SMK Negeri 4 berjumlah 73 KK atau 241 jiwa.
Sedangkan kerugian teridentifikasi rumah rusak berat sebanyak 18 unit, rusak ringan 21 unit, serta terdampak 33 unit. Posko akan memverifikasi dan memvalidasi lebih lanjut terkait dengan kerusakan tempat tinggal. Pada fasilitas umum, mushola rusak berat berjumlah 1 unit.
"Status tanggap darurat bencana masih akan berlangsung hingga 7 September 2024. Pemerintah Kota Ternate telah menetapkan status tersebut melalui Surat Keputusan Wali Kota Ternate Nomor 205/III.6/KT/2024, terhitung 14 hari sejak ditetapkan pada 25 Agustus 2024," ujar Abdul Muhari.
Hingga kini, penanganan darurat masih dilakukan posko, seperti pembersihan sedimen lumpur maupun bebatuan yang terbawa banjir bandang. Sedangkan pada pelayanan di pos pengungsian, dukungan fasilitas diberikan kepada para penyintas seperti penambahan dua unit toilet portabel dan pengawasan gizi balita.
"Selama proses tanggap darurat pascabencana banjir bandang ini, BNPB terus memantau dan melakukan pendampingan posko, serta hadir di titik pengungsian," pungkasnya.