Sentilan soal Botol Plastik Cawapres, Sampahnya Urutan Ketiga Kotori Pesisir
Sosial Budaya

FTNews - Botol plastik jadi sorotan setelah calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyentil cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar. Debat bertema lingkungan, namun wadah minuman Muhaimin berbotol plastik.
Sampah plastik dan botol plastik memang masih menjadi persoalan serius di Indonesia bahkan global. Laporan tahunan terbaru Ocean Conservacy menunjukkan terdapat 9,76 juta unit sampah yang ada di pesisir dunia secara global tahun 2021.
Dari jumlah itu, sampah botol plastik berada di urutan ketiga mencapai 849,32 ribu unit sampah. Sementara itu di urutan pertama pembungkus makanan 1,34 juta unit sampah. Lalu urutan kedua puntung rokok 1,13 juta unit sampah.
Baca Juga: Busyet, Uang Pelicin untuk Masuk Bintara Polri Mencapai Rp750 Juta
Peneliti di Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Reza Cordova mengungkapkan, dari hampir 370 juta plastik yang dunia produksi, 60 persennya adalah plastik sekali pakai dan langsung dibuang.
Hanya 20 persen yang masuk proses daur ulang, dan 2 persen yang kembali menjadi produk. Dari 20 persen yang terdaur ulang itu, 90 persennya adalah botol air mineral.
"Ada 79 persen yang tidak terpakai berakhir di TPA dan di lingkungan. Lalu apakah kita mau menambah tekanan pada lingkungan lagi," katanya kepada FTNews, di Jakarta, Selasa (23/1).
Baca Juga: Tiga Mantan Petinggi ACT Didakwa Catut Dana Bantuan untuk Korban Lion Air
Sampah botol plastik yang tak masuk proses daur ulang akan mencemari lingkungan. Foto: Betahita
Bermuara di Pantai
Reza berpendapat, sampah plastik sekali pakai dominan ditemukan di berbagai pantai Indonesia. Posisinya setelah sampah plastik sachet dan kantong kresek.
"Yang unik dari sampah botol plastik, semakin jauh titik samplingnya dari Pulau Jawa dan Bali proporsinya semakin tinggi," tutur Reza.
Padahal lanjutnya jenis sampah ini potensial masuk tahap daur ulang. Ia menduga industri daur ulang plastik masih terfokus di Pulau Jawa dan Bali dari pada kawasan lain di Indonesia.
Walaupun begitu, seluruh sampah plastik tegasnya harusnya masuk dalam sirkular ekonomi. Tapi faktanya yang bernilai ekonomi tinggi saja. Seperti misalnya botol plastik dan gelas plastik air kemasan. Sisanya ada tapi minim.
Hampir 90 persen plastik yang masuk proses daur ulang menjadi bentuk yang sama itu adalah botol plastik air kemasan.
"Tentu jika tidak didaur ulang, plastik berpindah dari produsen ke konsumen lalu ke lingkungan termasuk laut," tandasnya.
Galon guna ulang mengurangi timbulan sampah plastik ke lingkungan. Foto: Antara
Debat Tak Bahas Isu Sampah
Manager Kampanye Polusi dan Urban Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abdul Ghofar menilai, keberadaan air minum dalam kemasan (botol plastik) dalam debat karena memang Komisi Pemilihan Umum (KPU) sediakan.
"Sentilan bisa kita maknai luas. Topik pengelolaan sampah dan plastik tidak banyak dapat porsi dalam debat yang bertema lingkungan hidup," ungkapnya.
Senada Direktur Eksekutif Dietplastik Indonesia Tiza Mafira juga menyayangkan panitia penyelenggara debat yang menyediakan botol plastik. Menurutnya beberapa hotel saja sudah mulai melakukan praktik guna ulang.
Ia pun mendorong regulasi untuk menekan penggunaan plastik sekali pakai secara masif. "Sayangnya kebijakan sampah tidak dibahas dalam debat cawapres," kata Tifa.
Hingga saat ini lanjutnya, ada 114 kabupaten/kota di Indonesia sudah melarang kresek. Membatasi penggunaan plastik sekali pakai terutama sachet, styrofoam, sedotan dan alat makan plastik dan beralih ke alternatif guna ulang.
"Saya juga mendorong kota-kota lain yang belum memiliki peraturan seperti Solo untuk segera melarang plastik sekali pakai," tandasnya.