Setelah Dikuliti Tabiatnya, Kini Pondok Pesantren Gus Miftah Jadi Sasaran Warganet, Dinilai Lestarikan Perbudakan
Daerah

Miftah Maulana Ahbiburrahman atau Gus Miftah hingga kini masih hangat diperbincangkan di media sosial.
Sosoknya membuat publik geram setelah video dirinya mengolok-olok penjual es teh, Pak Sunhaji, viral.
Seiring dengan kemarahan publik yang meningkat, warganet mulai mengulik-ulik segala hal yang berhubungan dengan penceramah berambut gondrong itu.
Baca Juga: Ngakak Paling Kencang, Siapa Pria Berpeci yang Duduk di Samping Gus Miftah Saat Olok-olok Penjual Es Teh?
Walhasil, tak sedikit ‘catatan hitam’ mengenai dirinya yang terungkap ke publik, sepertu tutur katanya yang kasar ketika menggelar pengajian.
Ada juga warganet yang mengunggah video ketika Gus Miftah berbicara hal yang mengarah pada aktivitas seksual di atas panggung [engajian.
Terakhir, warganet menyoroti pola pendidikan di Pesantren Ora Aji, yang diasuh oleh Gus Miftah bersama istrinya, yakni Ning Astuti.
Baca Juga: Berapa Penghasilan Willie Salim? Enteng Kasih Uang Tunai Rp100 Juta ke Pak Sunhaji
Terkait hal itu, Kamis (12/12/2024) lalu, akun X @MasBRO mengunggah sebuah video Ning Astuti sedang membagikan roti pada santri-santrinya.
"Istri Miftah berbagi roti dengan para santri di ponpes," tulis akun tersebut, dikutip Sabtu (14/12/2024).
Namun yang menjadi perhatian warganet adalah cara istri Gus Miftah itu membagikan roti yang cukup kontroversial.
Terlihat, para santri yang akan menerima roti darinya berbaris dengan posisi jongkok.
Satu persatu mereka berjalan jongkok ke arah Ning Astuti dan menengadahkan tangannya untuk menerima roti tersebut.
Setelah roti sampai di tangan, para santri berdiri, namun setengah membungkuk, sambil berjalan mundur, tanpa membelakangi Ning Astuti.
Hingga akhirnya mereka duduk di tempat tanpa alas dan tanpa menggunakan sandal atau sepatu, bergerombol dengan yang lainnya.
Pemandangan yang demikian lantas menjadi bahan pergunjingan warganet.
Ada beberapa yang menilai kebiasaan yang diberikan pada santri Pesantren Ora Aji itu mirip dengan perlakuan penjajah Belanda pada warga pri bumi di masa lalu.
"Kenapa cara membagikannya kaya membagikan kepada budak? Atau kaya era penjajahan ngasih sesuatu ke pribumi?" tulis salah satu warganet.
"Melestarikan budaya feodal alias perbudakan," tambah warganet lainnya.
“Nabi Muhammad SAW sangat memuliakan anak kecil, bahkan beliau mencium tangan anak kecil ketika bersalaman. Orang seperti mereka ini, Nabi nya siapa? Jangan-jangan Nabi mereka adalah Daendels,” timpal yang lainnya.