Setelah Ditekan AS dan Eropa, Akhirnya Putin Setuju Bicara Langsung dengan Ukraina Soal Gencatan Senjata
Nasional

Tak kunjung tandatangani proposal gencatan senjata, membuat Amerika Serikat yang selama ini membantu menangani perdamaian Rusia-Ukraina jengkel. Begitu pun negara-negara Eropa sekutu Ukraina. Jika Rusia tidak juga mengambil langkah gencatan senjata maka sejumlah sanki lebih berat akan diberika AS juga sekutu Ukraina di Barat.
Dikutip dari CNN, AS dan sekutu Ukraina lainnya menekan Putin, mengancam sanksi lebih berat jika ia menolak gencatan senjata tanpa syarat. Sebagaimana diketahui, Rusia telah berulang kali menolak.
Perkembangan terbaru, Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin mengatakan, pihaknya siap untuk 'pembicaraan langsung' dengan Ukraina.
Baca Juga: Rusia-Ukraina Siap Berdamai, Trump: Sudah Waktunya Menghentikan Kegilaan Ini!
Ia mengusulkan pembicaraan itu dilakukan pada Kamis 15 Mei 2025 di Istanbul, Turki.
"Kami ingin segera memulai, Kamis depan, 15 Mei, di Istanbul, tempat pertemuan diadakan sebelumnya dan di mana pertemuan dihentikan," kata Putin dalam pidato langka yang disiarkan di televisi larut malam. Ia menekankan bahwa pembicaraan harus diadakan "tanpa prasyarat apa pun,” ucap Putin, dikutip dari CNN.
"Kami bertekad untuk melakukan negosiasi serius dengan Ukraina," kata Putin, seraya menambahkan bahwa pembicaraan tersebut dimaksudkan untuk "menghilangkan akar penyebab konflik" dan "mencapai terciptanya perdamaian jangka panjang dan langgeng,” tambahnya.
Baca Juga: Trump - Zelensky Berseteru Lagi! Rusia Lancarkan Serangan Mematikan di Ibu Kota Ukraina
Usulan itu muncul beberapa jam setelah para pemimpin Jerman, Prancis, Inggris, dan Polandia berdiri di samping Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv dan mendesak Putin untuk menyetujui gencatan senjata selama 30 hari yang dimulai pada hari Senin atau menghadapi kemungkinan "sanksi besar," menurut Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Tuntutan itu muncul dengan dukungan Gedung Putih setelah panggilan telepon bersama dengan Presiden AS Donald Trump, kata pihak Eropa.
Beberapa jam setelah usulan Putin pada hari Minggu, Trump mengunggah di jejaring sosialnya Truth Social bahwa itu adalah "hari yang berpotensi besar bagi Rusia dan Ukraina!"
Trump Nyaris Kehilangan Kesabaran
Trump menjadikan penghentian perang di Ukraina sebagai salah satu prioritasnya dan ia telah berupaya keras untuk mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin ikut serta. Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, pergi ke Rusia empat kali untuk bertemu dengan Putin dan telah terjadi beberapa pertemuan tingkat tinggi lainnya antara pejabat AS dan Rusia sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari.
Namun, meskipun menawarkan beberapa konsesi yang sebelumnya tidak terpikirkan kepada Rusia, pemerintahan Trump belum mampu membuat Rusia menyetujui proposal gencatan senjata terbatas, yang dimaksudkan sebagai pembukaan jalan menuju gencatan senjata permanen.
Kini tampaknya Trump mulai kehilangan kesabarannya dengan Putin atas penundaan ini. Dan langkah terbaru Trump menandai perubahan lain dalam sikap AS terhadap konflik tersebut, yang terkadang bersimpati kepada Kremlin.
Beberapa hari yang lalu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengancam meninggalkan perundingan jika tidak ada kemajuan. Sebaliknya, AS kini memimpin sekutu Barat Ukraina lainnya dalam upaya memberikan lebih banyak tekanan kepada Rusia.***
Sumber: CNN