Setelah Kegagalan GPT-5, Perkembangan AI Sudah Mencapai Puncaknya?
 140820256.jpeg)
Peluncuran OpenAI GPT-5 yang telah lama ditunggu-tunggu telah berakhir dengan kegagalan ketika menuai kritikan dibanding versi sebelumnya. Hal itu menjadi hal menarik untuk para ilmuwan tentang perkembangan terkini kecerdasan buatan (AI).
Meskipun sektor swasta terus menggelontorkan miliaran dolar untuk pengembangan AI, berharap mendapatkan keuntungan eksponensial, komunitas riset masih belum yakin akan hal itu.
AI 2025 Tidak Lebih Baik
Baca Juga: Jadi Apa Lulusan Perguruan Tinggi 10 Tahun ke Depan? Ini Prediksi CEO OpenAI Sam Altman
Robot AI. (Meta AI)Berbicara kepada The New Yorker, Gary Marcus, seorang ilmuwan saraf dan kritikus OpenAI kawakan mengatakan apa yang telah lama disangka banyak orang: meskipun telah dikembangkan selama bertahun-tahun dengan biaya yang sangat besar, AI tampaknya tidak akan menjadi jauh lebih baik.
Meskipun GPT-5 secara teknis berkinerja lebih baik pada tolok ukur industri AI — sebuah ukuran kemajuan yang sudah tidak dapat diandalkan, menurut para ahli — kritikus berpendapat bahwa penggunaannya di luar apa pun selain sebagai teman mengobrol virtual masih kecil kemungkinannya. Lebih buruk lagi, laju pertumbuhan model-model baru terhadap tolok ukur yang meragukan tersebut tampaknya melambat.
"Saya tidak mendengar banyak perusahaan yang menggunakan AI mengatakan bahwa model 2025 jauh lebih bermanfaat bagi mereka daripada model 2024, meskipun model 2025 berkinerja lebih baik pada tolok ukur," ujar Marcus kepada majalah tersebut seperti dikutip Futurism.
Setidaknya sejak tahun 2020, peneliti tersebut telah mengusung pendekatan yang lebih praktis untuk pengembangan AI, dengan fokus yang jauh lebih sempit daripada strategi "konsumen umum" saat ini.
Membutuhkan Banyak Modal
Ilustrasi GPT 5, 14 Agustus 205. (Meta AI)Di AS, perusahaan teknologi seperti OpenAI dan Anthropic berfokus pada "AI yang scalable", sebuah pendekatan pengembangan yang memprioritaskan pertumbuhan finansial yang pesat daripada teknologi yang bermanfaat. Bahkan istilah "scalable" seperti yang kita kenal berakar dari dunia kapital finansial.
Dalam praktiknya, ini berarti memasang sebanyak mungkin chip pemrosesan grafis, yang membutuhkan lebih banyak pusat data, yang membutuhkan lebih banyak energi, yang membutuhkan lebih banyak modal.
Imbalannya, menurut CEO OpenAI Sam Altman pada tahun 2021, seharusnya berupa peningkatan kemampuan AI yang hampir eksponensial — jika Anda mengeluarkan uang, tidak ada alasan teknologinya tidak bisa menjadi lebih baik. Dan jika Anda mengeluarkan cukup banyak uang, Anda mungkin bisa membuka kecerdasan umum buatan (AGI), titik di mana chatbot kecil kita mencapai kecerdasan setingkat manusia.