Setelah Yahya Sinwar Tewas, Bagaimana Nasib Hamas?
Politik

Israel mengumumkan tewasnya pemimpin politik Hamas, Yahya Sinwar dalam operasi pasukan militer IDF di Jalur Gaza, Kamis (17/10) waktu setempat.
Yahya Sinwar dinyatakan tewas karena terbunuh oleh pasukan Israel setelah baru dua bulan menggantikan pemimpin politik Hamas sebelumnya yaitu Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran pada bulan Juli lalu.
Dilansir dari Atlantic Council, Sabtu (19/10), Wakil Direktur Program Timur Tengah di Lembaga Think Tank Atlantic Council, Masoud Mostajabi mengatakan Hamas akan membingkai kematian Yahya Sinwar sebagai pahlawan mereka.
Baca Juga: Momen Idulfitri, Ragnar Oratmangoen Kirim Bantuan untuk Anak-Anak di Gaza
“Khususnya di tengah laporan bahwa ia tewas dalam pakaian tempur bersama para anggotanya,” ucap Masoud Mostajabi.
Salah satu pejabat Israel menduga Yahya Sinwar tewas dalam serangkaian serangan pada Rabu (16/10) waktu setempat di Jalur Gaza.
Saat itu, pasukan Israel sedang melakukan patroli rutin dan tiba-tiba berpapasan dengan tiga orang bersenjata. Kemudian mereka terlibat baku tembak hingga ketiganya tewas. Salah satu personil militer Israel mengaku melihat satu dari ketiga wajah orang bersenjata disebut mirip dengan Yahya Sinwar.
Baca Juga: Kata Pencarian Los Angeles Trending di X-Twitter, Netizen Kaitkan Ucapan Trump Jadikan Timur Tengah Neraka
Selanjutnya, personil militer Israel kemudian memeriksa dan melakukan tes biometrik, sidik jari sampai DNA. Hasil pemeriksaan mengonfirmasi salah satu dari ketiga orang yang tewas tersebut adalah Yahya Sinwar.
Walaupun Yahya Sinwar telah tewas, Masoud Mostajabi meyakini Hamas masih memiliki penerus atau calon pengganti.
“Pertanyaan yang mendesak sekarang adalah apakah kepemimpinan baru, dalam pemberontakan yang mengakar kuat di Gaza, akan bersedia untuk meredakan ketegangan dan bernegosiasi,” tuturnya.
Peneliti senior lainnya di Atlantic Council, Thomas Warrick juga menyinggung mengenai kelanjutan negosiasi gencatan senjata di Gaza, Palestina.
“Mungkin akan ada waktu singkat bagi pemimpin baru Hamas untuk menyusun kesepakatan gencatan senjata bagi para sandera melalui mediator,” ucap Thomas Warrick.
Menurut Thomas Warrick, jika tidak demikian Amerika Serikat dan mitranya di Arab serta Eropa harus mendorong Israel dan Palestina untuk mengesahkan pemerintahan internasional sementara untuk Gaza. Pemerintah itu diawasi oleh kelompok kontak internasional, yang didukung pasukan keamanan internasional.
“Untuk memastikan bahwa Hamas tidak kembali berkuasa,” katanya.
Pakar Keamanan Global dan Geostrategi di Program Timur Tengah dari CSIS, Jhon B Alterman mengatakan bahwa Hamas masih mendapatkan tempat di hati rakyat Gaza yang putus asa untuk lepas dari agresi Israel.
“Serangkaian pembunuhan oleh Israel terhadap sejumlah pemimpin Hamas tidak akan mengikis daya tarik itu, begitu pula kematian Yahya Sinwar. Walau begitu, semakin banyak warga Gaza yang tampaknya mulai menyalahkan Hamas dan Yahya Sinwar karena telah membuat hidup mereka sengsara dan tidak menyediakan jalan yang positif,” ucap Alterman dalam laman CSIS.
Alterman memprediksi dalam beberapa bulan ke depan akan ada upaya mekanisme pembentukan pemerintahan Palestina secara nasional, non-partisan dan teknokratis yang juga melibatkan para pendukung Hamas.