Sukses Mitigasi Bencana, Tunisia Cari Tahu TMC ke BMKG

FTNews – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berbagi praktik baik tentang teknologi modifikasi cuaca (TMC) ke Tunisia. TMC bagi BMKG memberi dampak positif di tengah laju perubahan iklim.

Hal itu Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sampaikan saat pertemuan bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. Pertemuan itu berlangsung di sela-sela acara World Water Forum ke-10 di Bali, Senin (20/5).

“Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana. Itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi saat kita terancam,” kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Dwikorita menjelaskan, TMC mampu memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem karena fenomena El Nino pada tahun 2015, 2016, dan 2019. Banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan.

Akibat kejadian tersebut, lanjutnya banyak kerugian yang membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Nino tahun 2023, BMKG telah belajar banyak. Lalu memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana.

Kekeringan dan Kebakaran Hutan

Menurutnya, saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi.

“Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut. Dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang BMKG miliki, terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan,” ungkapnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari. Untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat.

BACA JUGA:   Twitter Tegas Bantah Ada Data Bocor dari "Bug"

Sebanyak 15 ton garam tim semai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC bertujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang.

Seto menegaskan TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran. Selain itu juga untuk kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (berdiri) menjelaskan soal penerapan TMC di Indonesia. Foto: BMKG

Tunisia Tertarik

Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengapresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia.

Abdelmonaam mengungkapkan, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa mereka lakukan dengan efektif.

Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan.

Artikel Terkait

Patch Update Wasteland Storm di Garena Undawn Bakal Hadir 19 September

Garena Undawn akan merilis pembaruan patch update Wasteland Storm...

Cek Nomor HP, Ada Aplikasi Selain GetContact

FT News – Akun Fufufafa semakin ramai diperbincangkan oleh...

Bukan Google, Gen Z Mulai Gunakan Aplikasi Lain Mencari Informasi di Internet

FT News – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Gen...