Tak Bisa Asal Bakar, Ternyata Ini Arti dan Cara Kremasi Jenazah
Warga sekitar Borobudur saat ini melakukan aksi penolakan atas kegiatan kremasi jenazah Murdaya Widyawimarta Poo di Dusun Ngaran II, Desa/Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Bupati Magelang Grengseng Pamuji mengatakan bahwa sedang dalam perbincangan masalah (pengkremasian) Murdaya Poo.
‘Iya pekan depan. Kami doron untuk diskusi,” ucapnya.
Baca Juga: Jenazah Korban Penipuan Oknum Pegawai Maybank, Kent Lisandi Akan Dikremasi Besok
Ia juga menambahkan bahwa mediasi ini bersifat tripartite yang terdiri atas pihak Dusun Ngaran II, perwakilan keluarga Murdaya Poo dan pemerintah Kabupaten Magelang.
Apasih kremasi itu?
Kremasi merupakan proses pembakaran tubuh jenazah hingga menjadi abu atau fragmen kecil yang bisa disimpan atau dibuang sesui dengan keinginan keluarga.
Baca Juga: Jenazah Dali Wassink yang Dikremasi, Uztad Derry Sulaiman Ungkap Fakta Mengejutkan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kremasi merupakan pembakaran mayar hingga menjadi abu.
Di berbagai dunia , proses kremasi bisa dilakukan dengan cara tradisional seperti di adat Bali atau secara modern.
Perbedaan proses kremasi secara tradisional dan modern, adalah dari alatnya. Untuk kremasi tradisional menggunakan kayu bakar yang dibakar dengan api besar.
Sedangkan kremasi modern menggunakan alat yang sudah sangat canggih sehingga tidak memakan waktu banyak seperti yang modern.
Lamanya prosesi kremasi jenazah itu berbeda-beda, namun paling sering itu sekitar tiga jam. Namun, hal ini tergantung dari ukuran tubuh dan alat yang digunakan.
Langkah-langkah umum yang dilakukan saat proses kremasi
Jenazah sebelum di kremasi harus diperiksa kembali, jika jenazah tersebut memiliki alat bantu medis harus dilepaskan. Hal ini agar tak terjadi gangguan dalam proses kremasi.
Jenazah biasanya dipanaskan dengan suhu sekitar 760 derajat celcius hinggga 982 derajat celcius. Suhu tinggi ini bertujuan agar pembakaran tubuh bisa lebih hancur lagi sekingga tidak ada senyawa kimia dalam badan yang akan dikremasi.
Jika saat melakukan kremasi tulang masih utuh, akan dilanjutkan kembali hingga tulangnya menjadi abu halus.
Setelah dilakukan kremasi dan sudah berbentuk abu, maka akan disimpan di wadah atau guci. Beberapa keluarga juga memilih untuk menaburkan abu di tempat tertentu.