Tak Cukup Penghentian Sementara, Warga Minta RDF Rorotan Dipindah!
Nasional

Warga meminta agar pemerintah memindahkan Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan setelah adanya keluhan dari warga sekitar mengenai dampak negatif dari pabrik pengolahan sampah tersebut.
Menyahuti hal itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya memutuskan untuk menghentikan sementara operasional Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan yang kabarnya disebut sebagai lokasi pengolahan sampah terbesar di dunia.
Meskipun langkah ini mendapat tanggapan positif dari sebagian masyarakat, banyak warga yang masih belum puas dan mendesak agar RDF Rorotan tak hanya dihentikan sementara tapi dipindahkan dari wilayah tersebut.
Baca Juga: Minggu Pagi, Kualitas Udara Jakarta Berpolusi ke-2 di Dunia
Pemprov DKI Jakarta bergerak cepat menanggapi keluhan warga terkait pencemaran udara yang ditimbulkan oleh pabrik RDF Rorotan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pengosongan bunker sampah yang terakumulasi di lokasi tersebut dan memindahkannya ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
"Aksi ini dilakukan sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, setelah kami meninjau lokasi RDF Rorotan pada Kamis, 20 Maret 2025," kata Asep dilansir dari beritajakarta.id, Senin (24/3/2025)
Baca Juga: Prabowo Panggil Menko AHY Bahas Penanganan Sampah, Usai Bertemu Pandawara Group di Istana Negara
Proses pemindahan sampah yang dilakukan melibatkan armada dump truck dan tronton, serta upaya penutupan terpal untuk meminimalkan bau dan mencegah terjadinya kontaminasi air lindi.
Setelah pemindahan selesai, seluruh fasilitas RDF Rorotan akan disterilisasi dan diberi pewangi untuk menghilangkan bau tak sedap.
Asep menambahkan bahwa Pemprov DKI Jakarta juga merencanakan pemasangan alat pemantau kualitas udara di sekitar kawasan tersebut untuk memastikan kualitas udara tetap terjaga dan aman bagi kesehatan warga.
Keluhan warga tidak hanya terkait bau tidak sedap, tetapi juga dampak kesehatan yang dirasakan, terutama oleh anak-anak di sekitar Perumahan Jakarta Garden City (JGC).
Ketua RT 18, RW 14, Wahyu Andre Mara, mengungkapkan bahwa ada lebih dari 10 anak yang terpapar masalah kesehatan akibat bau dan udara tercemar, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan radang selaput mata.
"Sejak Februari hingga Maret, anak-anak di cluster saya sering mengeluhkan batuk, pilek, dan mata perih akibat bau sampah yang terus-menerus. Kami sudah membawa mereka ke rumah sakit, dan ada yang dirawat di Jakarta Eye Center," ujar Wahy.
Selain itu, meski deodorizer sudah dipasang, warga tetap merasa terganggu dengan bau yang mirip dengan pewangi laundry.
Wahyu menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan RDF dan mengungkapkan kekecewaannya karena sejak awal warga tidak dilibatkan dalam proses pembangunan dan operasional pabrik RDF ini.
Ia pun menuntut Pemprov DKI untuk lebih responsif terhadap dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan warga sekitar.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup akan mengundang perwakilan warga Jakarta Garden City dan lingkungan sekitar untuk melakukan pertemuan.
Wahyu Andre Mara mengungkapkan bahwa pada Selasa, (25/3/2025) besok, ia dan perwakilan warga lainnya akan diajak untuk memantau langsung apakah seluruh sampah dan produk RDF yang tersisa benar-benar telah dipindahkan.
"Ini adalah kesempatan bagi kami untuk memastikan bahwa langkah yang dijanjikan Pemprov DKI benar-benar diimplementasikan. Kami akan memeriksa apakah pabrik RDF sudah tidak lagi beroperasi dan memastikan bahwa kualitas udara kembali normal," ujarnya