Internasional

Terungkap, AS Minta Israel Izinkan Pejuang Hamas Keluar dari Terowongan Maut

08 November 2025 | 02:21 WIB
Terungkap, AS Minta Israel Izinkan Pejuang Hamas Keluar dari Terowongan Maut
PM Israel Benjamin Netanyahu bersama istri, Sara Netanyahu. [Instagram]

Amerika Serikat bersama sejumlah mediator internasional mendesak Israel untuk memberi akses aman kepada sekitar 150 pejuang Hamas yang masih terjebak di bawah tanah di wilayah Gaza selatan.

rb-1

Para pejuang itu berada di jaringan terowongan bawah tanah yang kini dikuasai pasukan Israel, tepat di area yang dikenal sebagai Garis Kuning.

Sebagai imbalannya, mereka diminta menyerahkan seluruh persenjataan yang dimiliki.

Baca Juga: Pelatih Timnas Israel dan Asistennya Diserang di Athena: Bebaskan Palestina

rb-3

Upaya diplomasi ini menjadi bagian dari perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump bulan lalu.

Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengonfirmasi bahwa pembicaraan intens telah dilakukan bersama Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer dan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan.

Baca Juga: Ajudan PM Israel Benjamin Netanyahu Hadapi Dakwaan atas Kebocoran Informasi Gaza

Menurutnya, hasil dari pertemuan ini akan menjadi “ujian penting” bagi langkah lebih luas dalam pelucutan senjata Hamas yang menjadi tujuan utama gencatan senjata.

Bentrokan Kecil Antara Pasukan Israel dan Kelompok Bersenjata di Gaza

PM Israel Benjamin Netanyahu saat bersama istri, Sara Netanyahu [Instagram]PM Israel Benjamin Netanyahu saat bersama istri, Sara Netanyahu [Instagram]

Ketegangan meningkat sejak kesepakatan gencatan senjata tersebut dijalankan. Beberapa bentrokan kecil antara pasukan Israel dan para pejuang Hamas di Gaza selatan sempat terjadi dan menimbulkan korban di kedua pihak.

Dua tentara Israel dilaporkan tewas, sementara puluhan orang lainnya meninggal akibat serangan udara balasan Israel. Insiden itu disebut-sebut sebagai ujian terberat gencatan senjata sejauh ini.

Sumber diplomatik menyebut, Israel sempat hampir mencapai kesepakatan baru untuk menyelamatkan para militan yang terjebak di bawah tanah.

Namun, perdebatan politik dalam negeri menghambat keputusan tersebut. Sejumlah pejabat sayap kanan di kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menolak keras kesepakatan yang dianggap terlalu lunak terhadap Hamas.

Mereka menilai kebijakan semacam itu bertentangan dengan tujuan perang yang menargetkan pelucutan total senjata kelompok tersebut.

Sementara itu, Hamas mengklaim telah kehilangan kontak dengan kelompok pejuangnya di Gaza selatan sejak Maret lalu dan membantah telah memerintahkan serangan terhadap pasukan Israel.

Hancurkan Seluruh Jaringan Terowongan

Pernyataan ini langsung disanggah oleh militer Israel yang menilai klaim tersebut hanya sebagai dalih politik.

Menteri Pertahanan Israel Israel Katz bahkan menegaskan bahwa pihaknya akan menghancurkan seluruh jaringan terowongan yang tersisa di Gaza. “Jika tidak ada terowongan, maka tidak ada Hamas,” tulis Katz di platform media sosial X.

Di sisi lain, media Israel melaporkan spekulasi bahwa para pejuang Hamas yang bersembunyi di bawah tanah kemungkinan membawa jenazah tentara Israel Hadar Goldin, yang tewas dalam perang tahun 2014.

Namun, militer Israel membantah memiliki bukti terkait klaim tersebut.

Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 20 sandera hidup terakhir yang ditahan di Gaza dengan imbalan pembebasan 2.000 warga Palestina dari penjara-penjara Israel.

Selain itu, Hamas juga diwajibkan menyerahkan jenazah 28 sandera yang telah meninggal. Hingga saat ini, 22 jenazah telah dikembalikan kepada pihak Israel.

Upaya diplomasi yang melibatkan AS, Turki, dan Israel ini diharapkan dapat membuka jalan menuju stabilitas permanen di Gaza, meski prosesnya masih terhambat oleh kepentingan politik dalam negeri dan ketidakpercayaan antara kedua belah pihak.

Sumber: ft.com

Tag gaza israel palestina hamas