Tiga Penyebab Gelombang Panas Landa Asia
Sosial Budaya

FTNews -Â Sejumlah negara Asia dilanda gelombang panas. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun menyebut sejumlah faktor yang sangat mungkin memicu gelombang panas tersebut.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab menjelaskan, gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia. Di Vietnam suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44°C. Sementara itu di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.
Thailand suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C.
Baca Juga: Tetap Waspada! BMKG: Sepanjang Maret Curah Hujan Tinggi-Sangat Tinggi, April Kategori Sedang-Tinggi
"Serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor," kata Fachri di Jakarta, Senin (6/5).
Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat lintang utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas.
Faktor kedua, lanjut dia, adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.
Baca Juga: Air Laut Naik 1 Cm, Tebal Salju Puncak Jaya Turun 4 Meter
Adapun faktor ketiga yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun. Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.
"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," pungkasnya.
Ilustrasi kenaikan suhu. Foto: canva
Bukan Gelombang Panas
Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, memasuki Mei, sebagian wilayah Indonesia mengalami awal kemarau. Sebagiam wilayah lainnya masih mengalami periode peralihan musim atau pancaroba.
"Sehingga potensi fenomena suhu panas dan kondisi cerah di siang hari masih mendominasi cuaca secara umum di awal Mei 2024," kata Guswanto.
Sementara itu mencermati kejadian fenomena gelombang panas yang terjadi di sebagian wilayah Asia dalam sepekan terakhir, menurutnya tidak terkait dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia.
Menurutnya, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia karena adanya gerak semu matahari dan kondisi cuaca cerah pada siang hari.