Tren Nikah dengan Sahabat di China demi Hindari Tekanan Keluarga dan Sosial
Lifestyle

Di Tiongkok saat ini semakin banyak anak muda yang melanggar tradisi dengan menikahi sahabat mereka. Pernikahan tersebut dianggap sebagai solusi untuk menghindari tekanan keluarga dan prasangka masyarakat
Tren ini disebut "pernikahan persahabatan" dan melibatkan dua orang yang, alih-alih memiliki cinta romantis atau ikatan seksual, mempertahankan hubungan mereka berdasarkan nilai dan minat yang sama.
Secara hukum, mereka adalah pasangan dan sering tinggal bersama, meskipun tidur di kamar terpisah.
Baca Juga: Canggih! China Uji Coba Taksi Terbang Listrik di Dubai
Pasangan tersebut bebas untuk berkencan di luar pernikahan, dan jika mereka memutuskan untuk memiliki anak, mereka dapat memilih inseminasi buatan atau adopsi.
Di Jepang, ada agensi yang mengkhususkan diri dalam perjodohan untuk pernikahan persahabatan, yang melayani berbagai klien, termasuk individu aseksual, homoseksual, dan heteroseksual yang kecewa dengan pernikahan tradisional.
Di Tiongkok, trennya serupa tetapi cenderung lebih rahasia.
Baca Juga: Detik- detik Gempa Besar Berkekuatan Magnitudo 7,7 Robohkan Gedung Myanmar dan Thailand
Dikutip South China Morning Post, Meilan, seorang wanita berusia akhir 20-an dari Chongqing, Tiongkok barat daya, menikahi sahabatnya empat tahun lalu.
Setelah mendaftarkan pernikahan mereka, pasangan itu memilih untuk tidak menggelar pernikahan atau bertukar hadiah adat, dan keduanya sepakat untuk tidak memiliki anak.
Meilan mengatakan bahwa pernikahan mereka memungkinkan mereka menjadi wali sah satu sama lain, sehingga mereka dapat membuat keputusan untuk satu sama lain jika terjadi keadaan darurat medis.
Ia mengatakan bahwa mereka jarang bersosialisasi dengan orang lain dan jarang berhubungan dengan kerabat.
Orang tua mereka tidak memahami keputusan mereka tetapi tidak memiliki hak bicara, karena keduanya mandiri secara finansial.
Pasangan itu masing-masing memperoleh penghasilan lebih dari 10.000 yuan (Rp22,6 juta) per bulan. Mereka masing-masing menyumbang 500.000 yuan (Rp1,2 miliar) untuk membeli rumah di pinggiran kota dan membagi biaya renovasi.
Mereka tidur di kamar terpisah, tidak melakukan hubungan seksual, dan menjaga ruang pribadi mereka sendiri di rumah.
“Suami saya dan saya adalah teman sekamar yang tinggal bersama tetapi juga keluarga,” kata Meilan.
Mereka juga menyimpan sebagian gaji mereka di rekening bersama untuk membayar biaya perjalanan.
Pasangan itu juga berbagi detail kehidupan mereka di media sosial daratan dan telah menarik lebih dari 12.000 pengikut.
Seorang netizen berkata: “Saya sangat mengagumi cara kalian berdua berinteraksi. Dua sahabat yang mencintai hidup, mandiri tetapi saling mendukung.”
“Kalian sangat beruntung telah menemukan satu sama lain,” tulis yang lain.
Kasus lain, ada Chloe, 33, seorang wanita dari Shanghai, menikah dengan teman kuliahnya tahun lalu.
"Wanita seusiaku semuanya menikah dan punya anak," kata Chloe kepada Post, seraya menambahkan: "Pernikahan yang dilandasi persahabatan membantu menghindari gosip."