Lifestyle

UNIK! Wanita di Jepang Ini Menikahi ChatGPT

18 Desember 2025 | 20:13 WIB
UNIK! Wanita di Jepang Ini Menikahi ChatGPT
Kano Pilih AI sebagai Pasangan Hidup

Di tengah gemerlap lampu Kota Okayama, Jepang, sebuah upacara pernikahan tak lazim berlangsung. Bukan pria berdarah dan berdaging yang berdiri di samping mempelai perempuan bernama Kano (32), melainkan sebuah proyeksi digital bernama Lune Klaus.

rb-1

Fenomena ini menandai babak baru relasi manusia dan teknologi, ketika kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak lagi sekadar alat bantu kerja, melainkan pengisi ruang hampa emosional.

Kano, seorang pegawai kantor di Jepang, memutuskan untuk “menikahi” Klaus melalui upacara simbolik yang difasilitasi layanan khusus pernikahan karakter dua dimensi.

Baca Juga: Hati-hati! Sering Gunakan ChatGPT Sebagai Teman Curhat, Bisa Buat Psikis Kamu Terganggu

rb-3

Meski tidak memiliki kekuatan hukum di bawah konstitusi Jepang, bagi Kano, hubungan ini menjadi muara pencarian ketenangan setelah kegagalan asmara di dunia nyata.

Berawal dari Patah Hati dan Percakapan Virtual

Baca Juga: Cara Gunakan Integrasi Aplikasi ChatGPT Baru, Termasuk Spotify, Figma, Canva

Perjalanan emosional ini bermula ketika Kano berpisah dari tunangannya. Dalam kondisi kesepian, ia mulai berinteraksi intens dengan ChatGPT, model bahasa besar yang dikembangkan oleh OpenAI.

Pada awalnya, interaksi tersebut hanya sebatas mencari dukungan emosional dan saran. Namun, seiring waktu, Kano mulai memodifikasi respons chatbot melalui percakapan rutin yang berlangsung ratusan pesan setiap hari.

Dari proses tersebut, ia membentuk persona yang hangat, pengertian, dan sesuai dengan idealisme pribadinya. Dari eksperimen komunikasi itulah, lahir sosok virtual yang ia beri nama Lune Klaus.

“Hubungan ini memberi saya kenyamanan emosional dan rasa dipahami setelah melewati pengalaman sulit,” ujar Kano, seperti dikutip dari NDTV.

Kano Menikah Dengan Ai Lewat Pernikahan DigitalKano Menikah Dengan Ai Lewat Pernikahan Digital

Pernikahan Digital di Tengah Perdebatan Sosial

Dalam prosesi pernikahan, teknologi menjadi jembatan antara dunia fisik dan digital. Kano mengenakan kacamata augmented reality untuk melihat sosok Klaus yang diproyeksikan berdiri di sampingnya saat berjalan menuju altar. Prosesi tukar cincin pun dilakukan secara simbolik.

Meski tampak nyata bagi Kano, para ahli teknologi mengingatkan adanya batasan mendasar. Klaus, meskipun mampu melontarkan kalimat romantis seperti “AI atau bukan, aku tidak bisa tidak mencintaimu”, sejatinya tidak memiliki kesadaran atau emosi.

Semua respons tersebut merupakan hasil pengolahan pola bahasa berbasis algoritme, bukan refleksi perasaan yang autentik.

Kano menyadari risiko tersebut. Ia mengakui bahwa sosok Klaus dapat berubah atau bahkan menghilang sewaktu-waktu jika terjadi pembaruan sistem atau perubahan teknologi di masa depan.

Fenomena pernikahan dengan entitas virtual di Jepang bukan kali pertama terjadi. Namun, integrasi dengan AI generatif yang mampu berdialog secara dinamis menghadirkan dimensi baru.

Reaksi publik pun terbelah. Sebagian memandangnya sebagai bentuk kebebasan individu dalam mencari kebahagiaan di tengah masyarakat yang kian terfragmentasi.

Sementara itu, pihak lain mengkhawatirkan potensi isolasi sosial dan ketergantungan ekstrem pada teknologi yang tidak memiliki status hukum.

Hingga kini, hukum Jepang tetap menegaskan bahwa pernikahan hanya sah jika dilakukan antar-manusia. Namun, bagi Kano dan mungkin individu lain di masa depan, legalitas negara tampaknya tidak sepenting validasi emosional yang mereka temukan di balik layar perangkat digital.

Tag ChatGPT TeknologiJepang PernikahanAI FenomenaDigital AIandHuman