Usaha Bimbingan Belajar Gulung Tikar Gegara ChatGPT

Kemajuan teknologi berdampak pada kehidupan manusia. Tak hanya dampak positif, namun juga ada dampak negatif.

Salah satunya hadirnya chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) generative seperti ChatGPT.

Kini ChatGPT telah dipakai oleh banyak orang dari bebagai latar belakang di berbagai negara.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu DeepSeek, Model Kecerdasan Buatan China yang Bikin Gempar Amerika

ChatGPT juga digunakan oleh kalangan pelajar untuk membantu mereka memahani materi pelajaran di sekolah.

Dan ternyata, penggunaan ChatGPT oleh pelajar berdampak pada nisnis pendidikan, seperti bimbingan belajar atau bimbel.

Ilustrasi siswa menggunakan ChatGPT (Pexels)

Bahkan, salah satu usaha bimbel online terbesar di Amerika Serikat bernama Chegg, harus gulung tikar karena hadirnya ChatGPT.

Baca Juga: Siapa Pemilik Situs Atau Pengelola Dutamovie21? ChatGPT Pun Nyerah

Padahal Chegg telah berdiri hampir dua dekade, yakni pada 2006 dan menjadi sumber informasi dan bimbel bagi pelajat Amerika selama bertahun-tahun.

Ilustrasi bimbingan belajar online (Pexels)

Namun sejak kehadiran ChatGPT, usaha bimbel Chegg mulai goyang, karena pelanggan mereka turun drastis.

Sebellumnya, pelanggan Chegg membayar biaya langganan sekitar 19,95 dolar Amerika, atau setara dengan Rp314 ribu, per bulan.

Dengan nominal itu, pelanggan akan mendapatkan jawaban dari soal seputar pelajaran sekolah ditambah akses konsultasi dengan para ahli.

Dan kini, akibat kehilangan pelanggan, saham Chegg anjlok 99 persen menjadi 1,86 dolar AS, atau sekitar Rp20 ribu, per lembar.

Padahal sebelumnya, saham Chegg pernah berada di level tertinggi pada 2021, yakni 113,51 dollar AS, sekitar Rp1,7 juta, per lembar.

Buntut anjloknya saham, pada Juni 2024 lalu, CEO Chegg, Dan Rosensweig, mengundurkan diri setelah mempimpn peruahaan teknologi edukasi itu selama satu dekade lebih.