Waspada Banyak Takjil Pakai Pewarna Berbahaya, BPOM: Cermat Sebelum Beli!
Nasional

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengimbau masyarakat untuk lebih cermat dalam memilih takjil selama bulan Ramadan, mengingat masih ditemukannya penggunaan bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B, dan methanil yellow dalam beberapa jajanan.
Momen seru yang dinanti di Bulan Ramadan adalah berburu takjil menjelang berbuka puasa. Selama bulan puasa, biasanya ada banyak pilihan takjil yang menggoda mata.
Mulai dari manis, gurih, maupun asin, semuanya tersedia. Belum lagi, biasanya ada menu-menu yang baru bermunculan sehingga semakin menarik untuk dibeli.
Baca Juga: Intip Tradisi Unik Sambut Ramadan Berbagai Daerah
BPOM mengingatkan agar jangan sampai kalap saat berburu takjil! Sebab terkadang ada penjual yang mengolah makanannya dengan bahan-bahan yang tidak aman.
"BPOM rutin setiap tahun melakukan intensifikasi (pemeriksaan) itu, untuk menjaga supaya takjil-takjil yang dijual oleh ibu-ibu atau UMKM ini aman. Karena seringkali, sampai saat ini, masih ada saja yang menggunakan bahan pewarna," kata Direktur Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Dra. Dwiana Andayani, Apt, di Jakarta Selatan, Selasa (4/2).
Dwiana menyebut, makanan yang masih sering ditemukan berpewarna ialah es campur dan juga es pacar cina. Minuman berwarna merah muda mencolok terang ini kemungkinan besar menggunakan pewarna yang dilarang.
Baca Juga: Jelang KTT ASEAN, BPOM Perketat Makanan Kepala Negara
"Mungkin ibu yang membuat ini juga nggak tahu bahwa ini bahan yang dilarang. Dicampur hanya supaya penampilan makanannya menarik," ucapnya.
Oleh karena itu, BPOM menyarankan masyarakat yang berjualan takjil menggunakan pewarna alami atau tidak perlu menghasilkan makanan dengan warna yang mencolok.
Selain pewarna, BPOM juga masih sering menjumpai makanan dengan campuran pengawet. Makanan dicampur pengawet ini supaya bisa tahan lebih lama. Misalnya menggunakan boraks atau formalin supaya lebih kenyal dan lebih tahan lama.
"Makanan dengan boraks dan formalin itu masih tetep aja masih menjadi bahan yang digunakan oleh para pedagang. Walaupun kita edukasi terus-terusan, pengawasan juga intensif. Mudah-mudahan setiap tahun menurun," ujar Dra. Dwiana.
Di sisi lain, BPOM juga masih menemukan makanan dengan kandungan pemanis buatan. Sebetulnya pemanis buatan ini diperbolehkan hanya saja harus sesuai standar yang berlaku.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, masyarakat Indonesia 36,8 persen mengalami obesitas. Sementara sebanyak 47,5 persen masyarakat Indonesia mengonsumi minuman manis lebih dari satu kali dalam sehari.
Lalu, 30,4 persen konsumsi makanan asin lebih dari satu kali dalam sekali. Hingga 96,7 persen kurang konsumsi sayur dan buah.
Dengan meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam memilih takjil, kita dapat menikmati hidangan berbuka puasa yang aman dan sehat.