5 Alasan Kenapa Gen Z Makin Susah Cari Kerja
Lifestyle

Generasi Z atau Gen Z kini seakan berada di persimpangan jalan. Mereka adalah generasi penerus generasi millennial.
Gen Z kini tengah memasuki usia produktif. Namun berdasarkan dara Badan Pusat Statistin (BPS) tahun 2023, kebanyakan dari mereka kini menganggur.
Data BPS mengungkap, 42,62 persen Gen Z di Indonesia yang kini ada pada rentang usia 15-24 tahun, masuk dalam kategori Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Baca Juga: Kini Beli Produk Tesla Bisa Pakai Dogecoin
Sebanyak 4.303.938 tenaga kerja muda dari total populasi Gen Z sebanyak 44.495.300 orang, tercatat tidak bekerja.
Fakta itu diperparah dengan kondisi dimana 20,27 persen dari mereka tidak bersekolah, tidak bekerja dan tidak mengikuti pelatihan.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan mendasar, kenapa para Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan?
Baca Juga: Kominfo Masih Belum Buka Akses Game Online Fortnite & FIFA
Forbes menyebutkan, ada sejumlah tantangan besar yang dihadapi Gen Z dalam mencari pekerjaan.
Mulai dari persaingan dengan teknologi AI hingga ketidakpastian ekonomi. Dan berijut adalah ulasannya.
1. Bersaing dengan teknologi AI
Berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), berpotensi menggantikan banyak pekerjaan yang semulai dilakukan manusia.
Kini telah banyak perusahaan yang menggunakan AI untuk mengerjakan tugas-tugas rutin yang sebelumnya ditempati bagian tenaga kerja muda untuk mendapatkan pengalaman.
Hal ini seakan memaksa Gen Z untuk beradaptasi dengan mempelajari ketrampilan baru agar tetap relevan di pasar kerja.
2. Stigma negatif Gen Z
Tak bisa dipungkiri, stigma negatif terhadap Gen Z kini tersebar di publik, termasuk di kalangan pengusaha.
Gen Z dianggap generasi yang sulit diatur, tidak fleksibel dan kurang beretika dalam bekerja.
Hal inilah yang membuat para pengusaha merasa enggan untuk merekrut dalon karyawan dari kalangan Gen Z.
3. Ketidakpastian ekonomi
Baragam ketidakpastian ekonomi seperti inflasi, meningkatnya biaya hidup dan tingkat utang yang tinggu, jadi tantangan finansial bagi Gen Z.
Tidak sedikit dari mereka yang merasa cemas dengan tantangan masa depan, sekalipun ketika mereka merasa optimis bisa mendapatkan pekerjaan.
4. Minimnya lowongan Entry-Level
Kini perusahaan juga memiliki kecenderungan untuk mengurangi perekrutan pekerja pemula atau entry level.
Alih-alih merekrut pekerja pemula, perusahaan memilih fokus untuk pengembangan internal atau menggunakan teknologi untuk efisiensi.
Alhasil, peluang kerja para lulusan baru semakin menyusut dan kesempatan kerja untuk Gen Z semakin kecil.
5. Ekspektasi fleksibilitas kerja
Gen Z adalah generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang mendukung fleksibilitas dalam berbagai aspek kehidupan.
Namun sayangnya, tidak semua perusahan mampu menyediakan sistem kerja yang fleksibel.
Kondisi ini seringkali memicu gesekan antara atasan dan bawahan. Keinginan Gen Z untuk bekerja lebih fleksibel seringkali dianggap sebagai menurunnya loyalitas karyawan baru.