Tak Miliki Rencana Gencatan Senjata, Thailand: Sumber Trump Mungkin SengajaPutarbalik Fakta
Jumat, Presiden Donald Trump dengan penuh percaya diri menegaskan kedua belah pihak yang berperang di perbatasan Thailand-Kamboja telah sepakat untuk gencatan senjata setelah dirinya menelpon kedua kepala negara.
Hanya Trump yang menjelaskan hal itu, sementara baik Thailand maupun Kamboja tidak mengelurkan pernyataan apa pun.
Minggu pagi keduanya kembali bertempur, saling serang. Apa yang terjadi? Kenapa pernyataan Trump berbeda.
Baca Juga: Perangi Iran Selama 12 hari, Amunisi Israel Kini Mulai Menipis
Dilansir Al Jazeera, tentara Kerajaan Thailand mengatakan bahwa mereka “tidak pernah menyebutkan atau memiliki rencana apa pun” untuk gencatan senjata dan bahwa “tidak ada rencana” untuk menghentikan pertempuran.
Melalui pernyataan dari juru bicara militer Mayor Jenderal Winthai Suvaree dan para pemimpin militer lainnya, militer mengklaim Kamboja telah melancarkan serangan dengan senjata berat, roket BM-21, dan drone bunuh diri. Ditambahkan bahwa mereka menghadapi “ancaman serius terhadap keamanan nasional dan memengaruhi rakyat Thailand”.
“Tentara Kerajaan Thailand menegaskan bahwa operasi ini akan berlanjut hingga Kamboja menghentikan permusuhan dan serangannya terhadap pasukan dan warga sipil Thailand di daerah perbatasan,” kata militer.
Baca Juga: Di Tengah Kesepakatan Gencatan Senjata, Israel Masih Bombardir Palestina : 35 Orang Tewas
Para analis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa militer Thailand telah menolak rencana gencatan senjata yang didukung AS selama berbulan-bulan.
Presiden Donald Trump [Foto: Instagram]Upaya Mediasi Trump tidak Sesuai Fakta
Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow mengatakan upaya gencatan senjata terbaru Trump didasarkan pada informasi yang "terdistorsi".
"Kami prihatin karena beberapa poin dalam cuitannya, menurut pandangan kami, tidak mencerminkan pemahaman yang akurat tentang situasi tersebut," katanya dalam komentar yang disiarkan televisi pada hari Sabtu, merujuk pada klaim Trump bahwa Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk menghentikan pertempuran.
“Beberapa poin tersebut tidak sesuai dengan fakta. Mungkin sumber informasi Presiden Trump sengaja memutarbalikkan fakta.”
Apa Isi Perjanjian Gencatan Senjata yang Diumumkan Trump?
Pada hari Jumat, Trump mengatakan Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk "menghentikan semua penembakan" setelah melakukan panggilan telepon dengan kedua perdana menteri.
"Mereka telah setuju untuk MENGHENTIKAN semua penembakan mulai malam ini, dan kembali ke Perjanjian Perdamaian asli yang dibuat dengan saya, dan mereka, dengan bantuan Perdana Menteri Malaysia yang hebat, Anwar Ibrahim," tulis Trump di media sosial.
Namun, sebelumnya pada hari itu, Charnvirakul mengatakan dia memberi tahu Trump bahwa tanggung jawab untuk mengakhiri kekerasan ada pada Kamboja.
"Saya menjawab bahwa dia sebaiknya mengatakan itu kepada teman kita," tambah Anutin, merujuk pada Kamboja. "Perlu diumumkan kepada dunia bahwa Kamboja akan mematuhi gencatan senjata."
Awal pekan ini, Phuangketkeow mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tidak ada ruang untuk diplomasi dalam konflik saat ini dan bahwa kesepakatan damai “harus datang dari rakyat Kamboja”.
Situasi ‘Tegang’ Bentrokan Berlanjut di Dekat Situs-Situs Kuil Utama
Pertempuran semalam di dekat beberapa kuil di daerah perbatasan yang disengketakan berlangsung “tegang”, kata militer Thailand dalam pembaruan terbaru.
Angkatan Darat Kedua menuduh militer Kamboja menyerang dengan campuran tembakan, mortir, artileri, peluncur roket BM-21, dan penembak jitu di provinsi Sisaket dan Surin, dan menggambarkan respons mereka sendiri sebagai pembalasan.
Terjadi baku tembak di Prasat Ta Krabey, yang dikenal sebagai Prasat Ta Kwai dalam bahasa Thailand, serta Prasat Ta Muen Thorn. Keduanya adalah situs yang disengketakan dan telah menjadi titik panas dalam konflik tersebut.
Angkatan Darat Thailand juga mengatakan bahwa Kamboja telah “meningkatkan pengerahan pasukannya, memperkuat artileri dan roket BM-21 di beberapa daerah”.
Kronologi Ketegangan antara Thailand-Kamboja Meningkat Tahun Ini
13 Februari: Tentara Kamboja mengawal 25 warga sipil ke Kuil Prasat Ta Moan Thon di Thailand dekat perbatasan, di mana mereka dilaporkan menyanyikan lagu kebangsaan Kamboja. Pejabat militer Thailand menyatakan bahwa mereka menghentikan para turis untuk bernyanyi karena hal itu melanggar kesepakatan bersama mengenai protokol wisata.
17 Februari: Tentara Thailand mengirimkan surat peringatan kepada militer Kamboja, menuduhnya melakukan “perilaku yang tidak pantas” dan menginstruksikannya untuk tidak mengulangi insiden tersebut.
28 Mei: Kedua pihak bentrok di wilayah perbatasan yang disengketakan di Segitiga Zamrud, menyebabkan satu tentara Kamboja tewas.
12 Juni: PM Kamboja mengumumkan bahwa Kamboja akan berhenti bergantung pada infrastruktur listrik dan internet Thailand karena “ancaman”. Stasiun TV Kamboja berhenti menayangkan film Thailand, dan Kamboja juga memblokir impor bahan bakar dan gas, serta buah dan sayuran, dari Thailand.
14 Juni: Pejabat dari kedua negara bertemu untuk melakukan pembicaraan tetapi tidak ada kesepakatan konkret yang tercapai.
15 Juni: PM Thailand melakukan panggilan telepon dengan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen dan membahas ketegangan.
26 Juni: Thailand memerintahkan operator untuk menghentikan penyediaan koneksi internet broadband dan seluler ke Kamboja.
1 Juli: PM Thailand diskors setelah panggilan telepon dengan Hun Sen, di mana perdana menteri tampaknya mengkritik tindakan militer Thailand, bocor ke publik.
8 Desember: Militer Thailand melancarkan serangan udara di sepanjang perbatasan yang disengketakan dengan Kamboja ketika kedua negara tetangga di Asia Tenggara itu saling menyalahkan atas bentrokan yang menewaskan satu tentara Thailand dan empat warga sipil Kamboja.
Sumber: Al Jazeera, sumber lain