7 Mitos Kesehatan Otak yang Dipercaya Masyarakat tapi Ternyata tidak Benar

Kesehatan

Minggu, 21 September 2025 | 15:03 WIB
7 Mitos Kesehatan Otak yang Dipercaya Masyarakat tapi Ternyata tidak Benar
Ilustrasi/Foto:SHVETS production, pexels.com

Banyak anjuran, larangan, terkait kesehatan otak. Ternyata tidak semuanya benar. Sayangnya, yang tidak benar itu banyak di antaranya dipercaya masyarakat.

rb-1

Ini termasuk suplemen atau vitamin yang diklaim bisa mempertajam otak, atau membuat kita lebih focus. Nah, yang sangat terkenal adalah Teka Teki Silang yang diklaim bisa membuat daya ingat tetap tajam. Benarkah?

Berikut ini dikutip dari New York Post yang mengungkap perbincangannya dengan Dr. Joel Salinas, seorang ahli saraf perilaku dan kepala petugas medis di Isaac Health, yang meluruskan tujuh kesalahpahaman umum terkait Kesehatan otak.

rb-3

Mitos No. 1: Suplemen dan vitamin peningkat fungsi otak terbukti efektif

Ilustrasi/Foto: meo, pexels.comIlustrasi/Foto: meo, pexels.com

Telusuri lorong suplemen mana pun, dan Anda akan menemukan banyak produk yang menjanjikan untuk mengatasi "kabut otak" atau meningkatkan daya ingat. Namun kenyataannya, kata Salinas, kebanyakan dari produk tersebut hanya memiliki sedikit atau tidak ada bukti yang mendukung manfaatnya.

“Kebanyakan orang bisa mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan dari pola makan seimbang, kecuali jika penyedia layanan kesehatan menemukan kekurangan yang nyata,” ujarnya.

Mitos No. 2: Anda bisa mengejar ketertinggalan tidur dan itu tidak akan merusak otak Anda

“Utang tidur tidak bekerja seperti rekening bank,” kata Salinas.

Terus-menerus mengurangi waktu tidur — bahkan jika Anda mencoba menebusnya di akhir pekan — tetap membuat otak Anda stres dan meningkatkan risiko jangka panjang Anda terhadap masalah memori dan demensia.

“Tidur yang teratur dan berkualitas baiklah yang melindungi kesehatan otak,” tambahnya.

Tidur, jelasnya, membuang limbah dari otak dan memperkuat ingatan. Kurang tidur, atau masalah yang tidak ditangani seperti sleep apnea, dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif seiring waktu.

Mitos No. 3: Semua makanan manis buruk bagi otak

Ini kabar baiknya.

“Terlalu banyak gula dapat membahayakan kesehatan Anda, tetapi tidak semua makanan manis sama,” katanya. “Moderasi dan kualitas lebih penting daripada menghindarinya sama sekali.”

Contohnya cokelat hitam. Dalam jumlah kecil, camilan pahit-manis ini telah dikaitkan dengan fungsi otak yang lebih baik dalam beberapa penelitian.

Mitos No. 4: Multitasking meningkatkan kinerja otak

Jika Anda berpikir bahwa berkutat dengan email, pesan teks, dan TikTok membuat Anda lebih tajam atau lebih produktif, Anda salah.

“Yang orang sebut multitasking biasanya adalah berganti-ganti tugas dengan cepat, dan seiring waktu dapat merusak kemampuan Anda untuk fokus,” kata Salinas.

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering melakukan multitasking memiliki kinerja yang lebih buruk dalam tes memori dan atensi — bahkan ketika mereka tidak sedang melakukan multitasking. Selain itu, berganti-ganti tugas dapat menghabiskan hingga 40% waktu produktif Anda, catat Salinas.

“Aktivitas otak menurun, kesalahan meningkat, dan stres serta gangguan kronis dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif jangka panjang,” katanya.

Mitos No. 5: Teka-teki silang, Sudoku, dan aplikasi "latihan otak" meningkatkan daya ingat dan keterampilan memecahkan masalah

Meskipun permainan-permainan ini membuat pikiran Anda sibuk dan terhibur, Salinas mengatakan permainan-permainan ini tidak selalu meningkatkan daya ingat sehari-hari atau kemampuan berpikir kritis.

“Kuncinya adalah secara teratur mencoba latihan mental baru yang menantang,” katanya.

Mitos No. 6: Anggur merah "menyehatkan otak"

Maaf, para pecinta anggur. Manfaat kognitif yang ditawarkan anggur merah kecil, menurut dokter — dan manfaat tersebut akan hilang jika Anda minum berlebihan.

"Rekomendasi terbaru adalah jarang minum alkohol atau bahkan tidak minum sama sekali," katanya.

Mitos No. 7: Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengatasi Alzheimer atau demensia

"Meskipun kita belum menemukan obatnya, deteksi dini dan perawatan medis spesialis dapat memberikan perbedaan yang signifikan," kata Salinas.

Perawatan baru dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif dan fungsional, termasuk yang menargetkan penumpukan plak amiloid di otak — ciri khas penyakit Alzheimer.

Sementara itu, perubahan gaya hidup dan rencana perawatan yang disesuaikan dapat membantu pasien mempertahankan kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup mereka.***

Sumber: New York Post

Tag 7 Mitos Kesehatan Otak

Terkini