AI Merajalela, Lapangan Pekerjaan Menyempit
Ekonomi Bisnis

FTNews - Direktur International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap hadirnya artificial intelligence (AI) dalam dunia kerja. Ia menggambarkan bahwa AI menerjang lapangan pekerjaan selayaknya tsunami yang menerjang daratan.
Dalam sebuah acara yang Swiss Institute International Studies selenggarakan di Zurich, Swiss, Senin (13/5), ia mengatakan dampak yang lebih besar akan datang dalam dua tahun lagi. Sebanyak 60 persen pekerjaan dalam ekonomi tingkat lanjut dan 40 persen pekerjaan di seluruh dunia akan terdampak. “Kita hanya memiliki waktu yang sangat sedikit untuk mempersiapkan orang-orang. Sementara itu, bisnis sudah siap untuk hal ini,†ungkap wanita berumur 70 tahun ini, dikutip dari Reuters.
“AI dapat meningkatkan produktivitas secara pesat jika kita mengelolanya dengan benar. Tetapi, itu juga dapat menyebarkan misinformasi dan tentunya, kesenjangan di dalam bermasyarakat,†lanjutnya.
Baca Juga: Fitur AI Google 2025: Buat Video Instan di Workspace hingga Balas Email Otomatis
Ia menambahkan bahwa ekonomi secara global sedang terguncang dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari pandemi secara global di tahun 2020, hingga peperangan yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.Â
Selain itu, Georgieva mengatakan masih ada banyak “kejutan-kejutan†lainnya yang sudah menanti. Terutama, dengan adanya permasalahan iklim yang terus mengguncang dunia saat ini.
“Tahun lalu, terdapat kekhawatiran akan sebagian besar perekonomian akan tergelincir ke dalam resesi. Namun hal itu tidak terjadi,†ungkap wanita berkebangsaan Belgia ini. "Inflasi yang menghantam kita dengan kekuatan yang sangat kuat kini sedang menurun hampir di semua tempat."
Baca Juga: Ini Perbandingan Harta Hakim yang Bebaskan Pegi Setiawan dan Eks Bupati Langkat
Polemik AI di dalam Dunia Kerja
Ilustrasi manusia bekerja. Foto: canva
Harus diakui, bahwa AI dapat meningkatkan produktivitas dalam beberapa jenis pekerjaan. Oleh karena itu, tidak banyak juga lapangan pekerjaan manusia mulai diambil alih oleh teknologi kecerdasan buatan ini.
Menurut Adecco Group, 2.000 C-Suite perusahaan dari sembilan negara yang mereka survey, 66 persen atau 1.320 perusahaan mengatakan akan menggunakan AI sebagai tenaga kerjanya. Sementara itu, sisanya masih ingin mengembangkan kemampuan para karyawannya daripada menggunakan teknologi AI.
Sebanyak 54 persen perusahaan tidak ingin mempekerjakan kembali pegawainya yang tenaganya tergantikan oleh AI. Lalu, sebanyak 41 persen perusahaan akan menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit karena adanya bantuan AI dalam kurun waktu lima tahun.
Di Indonesia sendiri, masih terdapat 7,2 juta orang menganggur per Februari 2024 menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Jika AI benar-benar dapat mengambil alih pekerjaan manusia, akankah angka tersebut akan berubah menjadi lebih tinggi?