Amalan Malam Suro Dalam Islam dan Tradisi Jawa, Minta Perlindungan Serta Keberkahan
Sosial Budaya

Malam Suro yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, merupakan momen penting baik dalam tradisi Jawa maupun Islam.
Dalam Islam, 1 Muharram menandai Tahun Baru Islam dan bulan Muharram sendiri termasuk salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT.
Berikut adalah amalan-amalan yang dianjurkan pada malam Suro menurut ajaran Islam serta tradisi Jawa:
Baca Juga: Hukum Menggunakan Wifi Tetangga Tanpa Izin, Hayo Siapa yang Pernah?
Amalan Malam Suro Menurut Islam
Ilustrasi membaca Al-Quran. [Pexels]
1. Membaca Doa Akhir Tahun Umat Muslim dianjurkan membaca doa akhir tahun pada akhir bulan Dzulhijjah sebelum masuknya bulan Muharram, terutama sebelum waktu magrib. Bacaan Doa Akhir Tahun (Arab, Latin, dan Terjemahannya)
Baca Juga: Jarang Orang Tahu, sebelum Mualaf Ruben Onsu Pelajari Islam 4 Tahun sampai Didampingi oleh Habib Usman
اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Latin: Allahumma ma amiltu min ‘amalin fi hadzihis sanati ma nahaitani ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fiha ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘ala ‘uqubati, wa da’awtani ilat taubati min ba’di jara’ati ‘ala ma’siyatika, fa inni astaghfiruka faghfirli wa ma amiltu fiha mimma tarda wa wa’adtani ‘alaihith tsawaba, fa as’aluka an tataqabbala minni wa la taqtha’ raja’i minka ya Karim.
Artinya: "Ya Allah, apa saja amalan yang telah aku lakukan di tahun ini yang Engkau larang dan aku belum bertaubat darinya, dan Engkau menahan siksa atasku dengan karunia-Mu setelah kekuasaan-Mu atas siksa itu, dan Engkau mengajakku bertaubat setelah keberanianku bermaksiat kepada-Mu, maka sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu, ampunilah aku, dan ampunilah amalan yang Engkau ridai dan telah Engkau janjikan pahala atasnya. Aku memohon kepada-Mu agar Engkau menerima (taubat) dariku dan janganlah Engkau putuskan harapanku dari-Mu, wahai Yang Maha Mulia."
Doa ini dapat dibaca sendiri atau berjamaah dengan penuh kekhusyukan sebelum waktu Maghrib pada akhir tahun Hijriah.
2. Membaca Doa Awal Tahun Setelah magrib, disunnahkan membaca doa awal tahun sebagai permohonan perlindungan dan keberkahan di tahun baru.
Bacaan Doa Awal Tahun (Arab, Latin, dan Terjemahannya):
اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيمِ وَكَرِيمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ. وَهَذَا عَامٌ جَدِيدٌ قَدْ أَقْبَلَ أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَارَةِ بِالسُّوءِ وَالاشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Latin: Allahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwal. Wa ‘alaa fadhlikal-azhimi wa karimi judikal mu’awwal. Wa haadzaa ‘aamun jadiidun qad aqbal. As’alukal ishmata fihi minasy-syaithani wa auliya’ih, wal auna ‘alaa haadzhihin nafsil ammarati bis-suu’i wal isytighala bimaa yuqarribuni ilaika zulfa, ya dzal jalali wal ikram. Wa shallallahu ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Artinya: "Ya Allah, Engkaulah yang abadi, qadim, dan awal. Atas karunia-Mu yang agung dan kemurahan-Mu yang mulia, Engkau menjadi tempat bergantung. Tahun baru ini telah datang. Aku memohon perlindungan di dalamnya dari godaan setan dan para pengikutnya, serta pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu yang mengajak kepada kejahatan, dan agar aku sibuk melakukan amal yang mendekatkanku kepada-Mu, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya."
Doa ini dianjurkan dibaca tiga kali setelah shalat Maghrib pada awal bulan Muharram untuk mendapatkan perlindungan dan keberkahan sepanjang tahun baru Hijriah.
3. Memperbanyak Dzikir dan Doa Mengisi malam Suro dengan dzikir dan doa untuk memohon perlindungan, keberkahan, dan kebaikan di tahun yang baru.
4. Membaca Al-Qur’an Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama surat-surat yang memiliki keutamaan seperti Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
5. Membaca Surah Al-Ikhlas Membaca Surah Al-Ikhlas, bahkan ada yang mengamalkan hingga seribu kali sebagai bentuk ikhtiar mendekatkan diri kepada Allah SWT.
6. Memotong Kuku dan Membersihkan Diri Melakukan kebersihan diri seperti mandi, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan sebagainya sebagai bagian dari fitrah yang dianjurkan Rasulullah SAW.
7. Bersedekah Memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, baik berupa uang, makanan, maupun barang, sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kebahagiaan.
8. Berpuasa Sangat dianjurkan berpuasa pada hari-hari di bulan Muharram, terutama pada hari Asyura (10 Muharram), namun puasa juga bisa dilakukan pada awal Muharram.
9. Silaturahmi Menyambung tali silaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan sesama muslim untuk mempererat ukhuwah.
Amalan dan Tradisi Malam Suro dalam Budaya Jawa
Ilustrasi pria Jawa memegang keris. [Pexels]
Amalan malam Suro dalam budaya Jawa sangat kaya akan nilai spiritual dan tradisi turun-temurun yang sakral.
Malam Suro, yang bertepatan dengan malam 1 Muharram dalam kalender Hijriah, dianggap sebagai malam pergantian tahun baru Jawa yang penuh makna religius dan budaya.
1. Tirakat dan Laku Batin Masyarakat melakukan tirakat berupa puasa, tapa bisu (tidak berbicara sepanjang malam), serta doa dan dzikir untuk introspeksi diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini menjadi waktu untuk menyucikan diri dan menata niat di awal tahun baru.
2. Ziarah Kubur dan Doa Bersama Banyak yang melakukan ziarah ke makam leluhur sebagai bentuk penghormatan dan memohon doa keselamatan serta keberkahan di tahun yang baru.
3. Kirab Pusaka dan Arak-arakan Di beberapa daerah seperti Solo dan Yogyakarta, digelar kirab pusaka yang diiringi dengan arak-arakan hewan keramat seperti kebo bule (kerbau putih). Kirab ini melambangkan penghormatan kepada leluhur dan harapan keselamatan.
4. Jamasan Pusaka Ritual pembersihan atau jamasan pusaka dilakukan sebagai simbol penyucian diri dan awal yang baru. Tradisi ini biasanya dilakukan di lingkungan keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
5. Pengajian dan Tawasul Kegiatan pengajian dan tawasul (memohon perantara doa) diadakan untuk memperkuat spiritualitas dan memohon rahmat serta ampunan Allah SWT.
6. Pawai Obor dan Sedekah Di beberapa daerah, masyarakat menggelar pawai obor sambil melantunkan doa sebagai simbol penerangan batin. Selain itu, tradisi membagikan bubur putih atau sedekah juga dilakukan sebagai bentuk doa keselamatan.
Malam Suro dianggap sebagai waktu bertemunya dunia gaib dan dunia manusia, sehingga penuh dengan kekuatan spiritual.
Masyarakat Jawa memandangnya sebagai momen untuk evaluasi diri, memperbaiki kesalahan, dan memohon keselamatan serta ketentraman di tahun yang baru.
Amalan malam Suro pada dasarnya adalah momentum untuk memperbaiki diri, memperbanyak ibadah, dan mempererat hubungan sosial.
Dalam Islam, amalan-amalan tersebut lebih menekankan pada ibadah dan kebersihan diri, sedangkan dalam tradisi Jawa, malam Suro juga diisi dengan ritual-ritual adat yang sarat makna spiritual dan budaya.