Sosial Budaya

Anhar Gonggong Soroti Polemik Trans7: Memang Tidak Pantas Terjadi di Lingkungan Pesantren

19 Oktober 2025 | 14:57 WIB
Anhar Gonggong Soroti Polemik Trans7: Memang Tidak Pantas Terjadi di Lingkungan Pesantren
Anhar Gongong tentang kontroversi tayangan Trans7. (youtube anhar gongong official)

Polemik mencuat setelah salah satu tayangan Expose Uncensored di Trans7 menampilkan potret kehidupan di salah satu pesantren yang menuai pro dan kontra di masyarakat. Tayangan yang disiarkan pada pekan lalu itu dinilai sebagian pihak menampilkan sisi negatif dunia pendidikan pesantren dan memunculkan perdebatan publik.

rb-1

Tayangan itu menuai protes terutama dari kalangan santri dan pesantren karena dinilai melecehkan terutama bagi kiai dan Pesantren Lirboyo yang jadi objek tayangan. Bahkan terjadi demonstrasi di banyak daerah hingga menyasar grup usaha Trans Corp.

Kritik terhadap Pesantren

Baca Juga: Tayangan Ngamplop ke Kiai, Ponpes Lirboyo Ancam Pidanakan Trans7

rb-3

Sejarawan dan budayawan Anhar Gonggong turut menyoroti polemik tersebut. Menurutnya, perdebatan yang muncul perlu ditempatkan dalam konteks yang lebih luas agar tidak salah tafsir terhadap pesan yang disampaikan program tersebut.

Anhar menegaskan bahwa kepercayaan terhadap media tidak harus berarti mendukung secara membabi buta. Ia mengatakan, kritik dan evaluasi terhadap tayangan televisi justru penting untuk menjaga keseimbangan informasi bagi masyarakat.

Baca Juga: Trans7 Minta Maaf atas Tayangan Kontroversi yang Dianggap Lecehkan Kiai

“Percaya bukan berarti bahwa saya mendukung dalam pengertian buta. Trans7 pasti tidak bermaksud untuk memperlihatkan borok-borok pesantren itu. Pasti tidak,” ujarnya dalam tayangan YouTube Anhar Gonggong Official.

Menurutnya, program tersebut kemungkinan besar ditayangkan untuk memperlihatkan sisi lain dunia pendidikan tanpa niat menjelekkan.

“Tetapi dia menayangkan itu sebagai bahan untuk kepentingan pemahaman masyarakat melihat situasi di pesantren yang ditayangkan itu. Pasti tidak bermaksud untuk menjelekkan pesantren, menjelekkan kehidupan pendidikan, tetapi apa yang ditunjukkan menurut saya ya memang tidak pantas untuk terjadi di lingkungan pesantren,” kata Anhar.

Ia berharap masyarakat dapat menyikapi tayangan tersebut dengan bijak tanpa menggeneralisasi pesantren secara keseluruhan.

Menurut Anhar, setiap lembaga pendidikan, termasuk pesantren, memiliki tantangan dan dinamika internal yang wajar untuk dikritisi. Tayangan seperti ini, sebaiknya dijadikan refleksi bersama, bukan sekadar bahan perdebatan di media sosial.

Ia juga menambahkan bahwa media memiliki tanggung jawab besar dalam menayangkan konten yang sensitif. Oleh karena itu, pembingkaian yang proporsional sangat dibutuhkan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman publik.

Feodalisme di Pesantren

Anhar Gongong tentang kontroversi tayangan Trans7. (youtube)Anhar Gongong tentang kontroversi tayangan Trans7. (youtube)

Dalam bagian lain pernyataannya, Anhar menyinggung soal potret feodalisme di pesantren yang tampak dalam tayangan tersebut. Ia menilai fenomena itu memang ada dan seharusnya tidak terjadi di lingkungan pendidikan yang menjunjung nilai kesetaraan.

“Feodalisme di pesantren yang diperlihatkan itu, ya seharusnya tidak terjadi. Itu yang saya maksudkan tadi, seharusnya ini dijadikan bahan permenungan untuk memperbaiki lingkungan pendidikan yang terjadi di pesantren,” ungkapnya.

Pernyataan tersebut mencerminkan keprihatinan atas praktik-praktik hierarkis yang masih ditemukan di beberapa lembaga pendidikan tradisional.

Ia menilai penting bagi pengelola pesantren untuk membuka diri terhadap evaluasi demi memperbaiki sistem pembinaan santri. Menurutnya, pesantren justru bisa menjadi contoh bagaimana nilai-nilai keislaman diterapkan dengan adil dan tanpa diskriminasi.

Anhar juga berharap agar kritik yang muncul tidak dimaknai sebagai upaya menjatuhkan citra pesantren. Sebaliknya, ini adalah momentum untuk memperkuat integritas dan kualitas pendidikan berbasis nilai moral yang lebih baik.

“Kalau itu benar, kan sudah ada tayangannya. Jadi sebaiknya diperlihatkan ke masyarakat agar menjadi pembelajaran bersama, bukan bahan saling menyalahkan,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa perbaikan sistem pendidikan harus berangkat dari kesadaran bersama, bukan semata karena tekanan publik.

Dengan demikian, polemik tayangan Trans7 seharusnya menjadi titik refleksi bagi semua pihak—media, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Bukan hanya soal siapa yang salah, melainkan bagaimana setiap pihak dapat mengambil pelajaran demi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Tag anhar gonggong trans7 pesantren polemik tayangan trans7

Terkait

Terkini