Arkeolog Dilarang Sentuh Kuburan Muslim, Mengapa?

Teknologi

Jumat, 22 Maret 2024 | 00:00 WIB
Arkeolog Dilarang Sentuh Kuburan Muslim, Mengapa?

FTNews - Timur Tengah menjadi surga tersendiri bagi arkeolog. Mereka pergi ke sana untuk mempelajari reruntuhan, artefak berharga, hingga fosil tulang ribuan tahun. Namun, mereka dilarang menyentuh kuburan muslim.

rb-1

Namun, pencarian fakta para arkeolog berhenti ketika menemukan kerangka manusia berumur lebih dari satu abad. Kementerian Kebudayaan dan Purbakala Bahrain menyebut, arkeolog dilarang menyentuh fosil tulang yang dimakamkan secara Islam.

Di Bahrain dilarang menyentuh jenazah orang yang dikuburkan secara agama Islam," tegas Salman Almahari, Kepala Kementerian Kebudayaan dan Purbakala.

Baca Juga: Hati-hati! Virus Brokewell Bisa Kuras Rekening

rb-3

Kebijakan ini, kata Salman hanya berlaku untuk situs makam muslim, tetapi ada pengecualian terhadap kuburan pra-Islam.

"Setiap kali kami menggali situs Islam, kami berhenti jika menemukan kuburan. Tetapi pada kuburan zaman pra-Islam kita bebas melakukan apapun yang kita inginkan," tambahnya.

Kebijakan ini diberlakukan agar peneliti menghormati muslim yang meninggal dan dikuburkan. Berbeda dengan orang Eropa, mereka menggali situs tanpa melihat keyakinan jenazah, bahkan mantan raja Inggris pun tidak terkecuali.

Baca Juga: Bocah Temukan Bebek Karet di Pantai, Bukti Kejahatan Lingkungan

Perbedaan perlakuan pada kuburan muslim dan yang bukan menimbulkan perbedaan ilmu pengetahuan di Eropa dan Timur Tengah pada periode waktu yang sama.

"Ini merupakan peluang yang hilang, namun hal ini juga dapat dimengerti," kata Timothy Insoll, seorang profesor Arkeologi Afrika dan Islam di University of Manchester di Inggris.

Suasana di Timur Tengah. Foto: Pngtree

Dampak Larangan Menyentuh Kuburan Muslim

Larangan menggali kuburan muslim, kata Timothy tidak hanya berlaku di Timur Tengah, melainkan di sebagainya besar dunia. Dirinya tidak mempermasalahkan larangan ini karena penting bagi akademisi untuk menghormati budaya di negara tempat mereka melakukan penelitian.

Kebijakan ini mengubah pandangan para arkeolog mengenai sejarah terkini di wilayah tersebut. Para arkeolog, ujar Timothy berpandangan bahwa arkeologi dalam Islam cenderung mengarah ke seni dan untuk memperkuat pandangan tentang hal-hal indah dan arsitektur daripada gambaran keseluruhan.

"Kami tidak tahu apa-apa tentang catatan penyakit. Kami mendapat gambaran tentang usia kematian dari batu nisan, tapi hanya orang kaya yang mampu membeli batu nisan," tambahnya mengutip AI Fanar Media.

Imbasnya, para peneliti tidak dapat menjawab penyebab kematian anak, kematian gender, atau pola migrasi penduduk karena identifikasi kuburan muslim tidak diizinkan.

"Saya ingin tahu dari mana orang-orang tersebut berasal dan kapan mereka tiba di Bahrain. Saya berharap kita bisa melakukan ini," kata Salman.

Tag Teknologi arkeologi kuburan muslim

Terkini