Bagaimana Jenazah Paus Fransiskus Tetap Segar di Basilika Santo Petrus Sebelum Dimakamkan Sabtu?
Nasional

Ratusan ribu umat Katolik dapat mengucapkan selamat tinggal kepada Paus Fransiskus Mulai pukul 11 pagi pada hari Rabu kemarin, 23 April 2025, di Basilika Santo Petrus, tempat jenazah Paus akan disemayamkan hingga hari Jumat. Sebelum waktu Paus Fransiskus dimakamkan pada Sabtu, 25 April 2025.
Bagi banyak umat Katolik, dapat melihat Paus setelah kematiannya bukan sekadar ritual, tetapi sebuah sikap yang sarat dengan spiritualitas dan rasa syukur.
Dikutip Euro News, Paus Fransiskus telah menjalani teknik pengawetan tanatopraksi untuk memungkinkan penghormatan publik tanpa menggunakan metode yang lebih keras, untuk memastikan umat dapat melihatnya secara langsung.
Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal, Puan Maharani: Warisan Kasih dan Semangat Perdamaiannya Selalu Hidup
Jenazahnya disemayamkan dalam peti mati sederhana dari kayu, yang akan tetap terbuka selama upacara penghormatan terakhir.
Sebelum wafatnya, Paus Fransiskus menegaskan agar jenazahnya tidak disemayamkan di atas peti jenazah, atau di dalam peti jenazah rangkap tiga yang biasa terbuat dari kayu cemara, timah, dan kayu ek.
Apa itu tanatopraksi (thanatopraxis)?
Baca Juga: Pesan Paskah 2025 Paus Fransiskus: Serukan Gencatan Senjata Gaza dan Bebaskan Sandera
Tanatopraki bukanlah mumifikasi, tetapi teknik pengawetan tubuh yang digunakan terutama untuk memamerkan mayat di depan umum.
Praktik ini, yang diatur di Italia berdasarkan undang-undang yang disahkan pada tahun 2022, dianggap sebagai evolusi modern pembalsaman, dan dibedakan dengan penggunaan zat yang kurang invasif yang lebih menghormati tubuh manusia.
Terdiri dari perawatan pengawetan higienis yang memperlambat proses dekomposisi, sehingga penampilan alami jenazah dapat dipertahankan selama beberapa hari.
Prosedur ini melibatkan penyuntikan cairan pengawet ke dalam sistem arteri, desinfeksi tubuh secara menyeluruh, riasan korektif, dan penataan tangan dan wajah untuk memastikan penampilan yang tenang dan damai.
Tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad
Penggunaan tanatopraksi memiliki sejarah panjang di Gereja Katolik. Selama berabad-abad, jenazah Paus diawetkan karena alasan spiritual dan tuntutan praktis penghormatan publik, serta lamanya upacara pemakaman.
Di masa lalu, Paus harus menjalani pembalsaman, teknik yang lebih keras yang melibatkan pengambilan organ dalam dan penyuntikan zat seperti formalin dan alkohol.
Namun seiring berjalannya waktu, lebih banyak perhatian diberikan pada martabat tubuh manusia, yang mendorong gereja untuk mengadopsi metode yang lebih bijaksana dan penuh rasa hormat.
Berkat tanatopraksi, jenazah Paus Fransiskus akan dapat tetap dipajang selama beberapa hari, yang memungkinkan penghormatan kolektif dan khidmat hingga pemakamannya pada hari Sabtu.