Bangunan Zaman Belanda Kok Bisa Sejuk Tanpa AC? Ini Penjelasan Ahli Arsitektur
 161020252.jpg)
Bangunan peninggalan kolonial Belanda seperti Lawang Sewu di Semarang, Gereja Katedral di Jakarta, Gedung Bank Indonesia di Yogyakarta, hingga Gereja Blenduk di Semarang masih dikenal hingga kini karena suasananya yang sejuk dan nyaman meski tanpa bantuan pendingin udara sama sekali.
Fenomena ini bukan karena hal mistis, melainkan hasil penerapan arsitektur tropis yang cermat menyesuaikan dengan iklim Indonesia.
Berikut beberapa alasan mengapa rumah dan bangunan era kolonial terasa lebih dingin dan nyaman:
Baca Juga: Biodata dan Agama Mochammad Idjon Djanbi, Pendiri Kopassus Naturalisasi Belanda
1. Warna Dinding Cerah
Rumah bergaya Indis biasanya didominasi warna putih atau krem. Warna cerah membantu memantulkan sinar matahari, sehingga panas tidak terserap berlebihan. Selain memberikan kesan bersih dan elegan, pilihan warna ini juga menjaga suhu ruangan tetap stabil.
2. Jendela Berlapis Ganda
Desain jendela rumah kolonial menggunakan dua lapisan: bagian luar berupa jalusi atau krepyak, dan bagian dalam menggunakan kaca patri atau kaca bening. Jalusi memungkinkan udara segar masuk sambil menjaga privasi, sedangkan kaca patri menahan panas dan mempercantik ruangan. Kombinasi ini membuat sirkulasi udara terus mengalir tanpa membuat ruangan terasa pengap.
Baca Juga: Daftar Larangan dalam KPR Subsidi: Dari Renovasi Hingga Larang Jual Rumah
3. Pintu dengan Lubang Angin
rumah peninggalan belanda (promedia teknologi)
Setiap pintu dilengkapi ventilasi atau lubang angin di bagian atas, yang membantu pertukaran udara agar ruangan tidak lembap. Model pintu berjalusi juga mempercepat peredaran udara di seluruh bagian rumah, menciptakan efek ventilasi alami.
4. Atap Berbentuk Perisai atau Limasan
Atap perisai yang miring memberi ruang kosong antara plafon dan atap untuk menampung udara panas agar tidak langsung turun ke ruangan. Selain itu, bagian parapet yang mengelilingi atap berfungsi mengurangi beban angin sekaligus melindungi rumah dari risiko kebakaran.
5. Dinding Tebal dari Bata Asli
Rata-rata rumah kolonial memiliki dinding setebal 15–30 sentimeter. Material bata padat membuat panas matahari membutuhkan waktu lama untuk menembus ke bagian dalam rumah, sehingga ruangan tetap sejuk bahkan di tengah terik siang hari.
6. Lantai Ubin Teraso atau PC (Tegel)
rumah peninggalan belanda
Lantai jenis ini memiliki kemampuan menyerap panas lebih baik dibandingkan keramik modern. Permukaannya yang dingin membuat suhu dalam ruangan terasa nyaman dan sejuk ketika dipijak.
7. Langit-Langit Tinggi
Langit-langit tinggi menjadi salah satu kunci kesejukan rumah kolonial. Dengan ruang vertikal yang luas, udara panas akan naik ke bagian atas, sementara udara sejuk mengalir di bawahnya.
Hasilnya, ruangan terasa lapang, lega, dan tidak pengap.
8. Keberadaan Teras
Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara luar dan dalam rumah. Selain menambah estetika bangunan, teras membantu memperlancar sirkulasi udara serta memungkinkan cahaya alami masuk tanpa membuat ruangan panas.
Arsitektur kolonial Belanda membuktikan bahwa desain bangunan yang baik tidak hanya indah secara visual, tetapi juga fungsional dan ramah iklim tropis.
Melalui penggunaan material alami, warna cerah, serta sistem ventilasi yang cerdas, rumah-rumah peninggalan masa lalu mampu menghadirkan kesejukan alami bahkan tanpa teknologi pendingin modern.
Warisan arsitektur ini menjadi pengingat bahwa kearifan desain tempo dulu tetap relevan dan layak diterapkan pada rumah-rumah modern saat ini.
Penulis: Andinilah