Begini Cara Teknik Pemantuan Hilal Untuk Menentukan Awal Bulan Suci Ramadan

Lifestyle

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:45 WIB
Begini Cara Teknik Pemantuan Hilal Untuk Menentukan Awal Bulan Suci Ramadan
Ilustrasi pemantuan hilal, sumber meta Ai

Dalam rangka menentukan awal bulan suci Ramadan, pemerintah melalui Kementerian Agama bersama tim gabungan ahli falakiyah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah mempersiapkan serangkaian teknik pemantauan hilal yang menggabungkan metode tradisional dan teknologi modern.

rb-1

Gabungan Rukyat dan Hisab

Aceh terletak di posisi strategis untuk melihat hilal dibandingkan wilayah lain. Hal itu dijelaskan oleh Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh Tgk Alfirdaus Putra. (Meta AI)

Teknik pemantauan hilal yang diterapkan mencakup dua metode utama, yakni rukyat hilal atau pengamatan langsung, serta hisab atau perhitungan astronomi berbasis data ilmiah.

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Wilayah Jabodetabek 18 Maret 2025

rb-3

Pengamatan langsung dilakukan di sejumlah titik pemantauan strategis di seluruh Indonesia yang telah ditentukan oleh Kementerian Agama.

"Tim akan memantau hilal setelah matahari terbenam di titik-titik yang telah disurvei sebelumnya, seperti pantai atau kawasan tinggi yang minim polusi cahaya dan cuaca mendukung," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag.

Selain menggunakan mata telanjang, pengamatan didukung oleh teleskop modern, kamera CCD, hingga aplikasi pemetaan bintang. Alat-alat tersebut digunakan untuk memastikan visibilitas hilal secara akurat, terutama jika kondisi cuaca berawan.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa 5 Maret 2025 untuk Wilayah Jabodetabek

Kriteria MABIMS Jadi Acuan

Dalam proses penentuan awal Ramadan, Indonesia bersama negara-negara anggota MABIMS (Malaysia, Brunei, Indonesia, Singapura) menggunakan kriteria visibilitas hilal terkini.

Sesuai kesepakatan, hilal dinyatakan terlihat apabila:

Ketinggian hilal minimal 3 derajat di atas ufuk.

Jarak sudut antara bulan dan matahari atau elongasi minimal 6,4 derajat.

Apabila hilal berhasil diamati sesuai kriteria tersebut, maka keesokan harinya ditetapkan sebagai 1 Ramadan 1446 Hijriah. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan Sya’ban akan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal).

Hasil Pengamatan Dibawa ke Sidang Isbat

Setelah proses pemantauan selesai, seluruh hasil rukyat dari berbagai wilayah akan dikumpulkan dan dilaporkan ke Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama. Sidang ini akan menjadi forum penentu resmi awal Ramadan di Indonesia.

"Kami mengajak seluruh masyarakat untuk menunggu pengumuman resmi pemerintah melalui sidang isbat, agar kita menyambut Ramadan dengan semangat kebersamaan dan persatuan," tambahnya.

Teknologi dan Transparansi

Di era digital ini, pemerintah juga berupaya meningkatkan transparansi dengan menyiarkan proses pemantauan dan sidang isbat secara langsung melalui kanal media sosial resmi Kementerian Agama, televisi nasional, dan platform digital lainnya.

Dengan perpaduan antara metode tradisional dan teknologi modern, pemantauan hilal diharapkan semakin akurat dan dapat dijadikan acuan terpercaya bagi seluruh umat Islam di Indonesia.

Tag Sidang Isbat Ramadan 2025 Pemantauan Hilal

Terkini