Benarkah Prabowo Tiru Gaya Sukarno saat Jadi Presiden RI, Ini Penjelasan Rayahu Saraswati

Nasional

Jumat, 06 Desember 2024 | 17:32 WIB
Benarkah Prabowo Tiru Gaya Sukarno saat Jadi Presiden RI, Ini Penjelasan Rayahu Saraswati
Anggota DPR RI Rahayu Saraswati saat berkunjung ke podcast FTNews.co.id, Jumat (6/12/2024). (Tomy Tresnady / FTNews.co.id)

Artis, aktivis dan politikus Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo atau akrab disapa Mba Sara atau Sara, menyempatkan datang ke podcast FTNews.co.id di kawasan Jakarta Selatan, pada Jumat (6/12/2024).

rb-1

Anggota Komisi 7 DPR RI itu, dalam sesi wawancaranya, mendapat pertanyaan mengenai sosok pamannya, Presiden RI Ke-8 Prabowo Subianto yang kelihatannya memiliki kesamaan dengan sosok Presiden RI Ke-1 Sukarno ketika menjadi memimpin negara.

Sukarno memang dikenal memiliki rekor kunjungan ke luar negeri selama menjabat presiden, sekitar 60 negara sudah disambangi beliau.

Baca Juga: Pemerintah Akan Naikkan Gaji Guru Pada 2025, Berapa Anggaran yang Dibutuhkan?

rb-3

Prabowo, usai dilantik jadi presiden, langsung tancap gas mengunjungi 6 negara, yakni China, Amerika Serikat, Peru, Brasil, Inggris dan Uni Emirat Arab.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Roy Soemirat, menjelaskan, dengan lawatan yang dilakukan Prabowo itu, Indonesia mendapat puluhan kerja sama ekonomi, baik itu dari pemerintah dengan pemerintah atau pemerintah dengan swasta. dengan menghasilkan 51 kerja sama senilai USD 21,36 miliar.

Anggota DPR RI Rahayu Saraswati bersama Ketua Umum Gempita Alfonso FP saat berkunjung ke podcast FTNews.co.id, Jumat (6/12/2024). (Tomy Tresnady / FTNews.co.id)

“Untuk Pak Prabowo-nya sendiri kan fokusnya adalah salah satu peran dalam diplomasi itu. Peran diplomasi itu memastikan ada hubungan baik dengan negara-negara lain, itu pertama,” tutur Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini saat diwancara oleh Roso Daras dan Margareth.

Baca Juga: Jelang Musim Haji, DPR Minta Pemerintah Batasi Jemaah Umrah

Dia melanjutkan,”Yang kedua, juga dengan hubungan baik itu diharapkan adanya mutual benefit, yang di mana kita mendapatkan nilai tambah dari hubungan itu, karena Indonesia mau bertumpu secara ekonomi maupun hal-hal yang lainnya, itu kita harus memahami kekuatan kita, kemampuan kita itu terbatas, terutama dalam hal investasi.”

Menurut Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (Tidar) ini, jika Indonesia hanya bersandar pada kekuatan APBN saja maka tidak akan cukup.

Indonesia, kata Sara, harus membuka peluang kepada negara-negara lain untuk mau berinvestasi di Indonesia.

Investasi tersebut diharapkan adanya profit atau value (nilai tambah), bukan hanya dalam bentuk uang.

“Nah, value itu bisa dalam bentuk beragam hal, bukan hanya dalam bentuk uang, hal seperti itu kan harus tetap dipertimbangkan, kenapa kita ada Kementerian Perdagangan, Kementerian Investasi, memang tugasnya itu untuk bisa melakukan usaha supaya apa? kita tuh perputaran uangnya jangan hanya di dalam negeri saja, itu ditaruh di sini tapi gak nambah-nambah, padahal kita mau kekuatan ekonominya bertambah, artinya harus ada uang masuk dari luar. Kalau ada uang masuk dari luar gak hanya investasi, nanti kita juga bisa jual keluar hasilnya,” beber Sara.

Menurutnya, investasi bukan hanya bentuk dana, tetapi akan ada hasil produk dari Indonesia, terutama kekayaan alam yang bisa dibeli oleh negara-negara lain karena negara lain tidak memiliki apa yang dimiliki oleh Indonesia.

“Saya kembali lagi, bukan ahli perdagangan juga, saya tidak bisa terlalu banyak mengomentari hal itu, saya bukan untuk mengajari juga, banyak penonton yang jauh memahami, tetapi Pak Prabowo itu sangat memahami itu,” tutur dia.

Sara mengatakan, Prabowo tahu betul saat bertugas ke luar negari, seperti orang jualan saja.

“Di Indonesia ada A, B, C, D, E, F, G…jualan tuh kayak pitch-nya, ini jualan kita, kita ada semua, kalian mau apa?,” katanya menggambarkan.

Tentunya, hal ini jadi pekerjaan rumah bagi Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam.

Sayangnya, kata Sara, sebagian masyarakat Indonesia belum bisa menikmati kekayaan alam itu sendiri.

“Kita ini melewati masa-masa kolonial yang panjang, sehingga ketika ada revolusi industri 1.0; 2.0; 3.0 kita tidak menikmati,” kata dia.

Wanita berusia 38 tahun itu lalu menyingung soal pertanyaan Sukarno melakukan banyak lawatan ke luar negeri.

Dia melihat saat itu Sukarno ingin memastikan kedaulatan Indonesia karena banyak negara yang belum mengenal negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 itu.

“(Sukarno) mMemastikan kedaulatan kita, karena saat itu belum banyak negara, bahkan negara tetangga kita juga, baru merdeka juga, di (negara-negara) Soviet merdekanya baru 1991, ya kan 1990-an,” tutur dia.

“Beliau itu keliling untuk memperkenalkan, Indonesia itu barang apaan sih, ini apaan, juga memperkenalkan values bangsa ini, Pancasila, dan juga prinsip negara ini pada Prembule UUD 1945, itu kenapa kita ada konferensi Asia Afrika karena negarawan seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan founding fathers, mereka ini kan semua mendirikan bangsa ini juga apa yang mereka pelajari dari negara-negara lain,” tandas artis yang pernah main film Merah Putih, Darah Garuda, dan Hati Merdeka itu.

Tag Rahayu Saraswati gempita DPR Prabowo Subianto sukarno

Terkini