Besok, BRIN Kukuhkan Tiga Profesor Riset Salah Satunya Kandidat Termuda

FTNews – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali akan memiliki tambahan profesor riset baru. Riset kandidat profesor riset akan majelis kukuhkan Kamis (25/4) di Gedung BJ Habibie, Jakarta.

Tiga kandidat profesor riset itu yakni peneliti utama Isnaeni, Erma Yulihastin dan Muhammad Reza Cordova.

Profesor Riset di Indonesia merupakan posisi akademik tertinggi di lembaga pendidikan tinggi atau institusi riset, khususnya BRIN.

Profesor Riset memiliki tanggung jawab besar sebagai teladan. Inspirator bagi periset lainnya. Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian mengatakan, status sebagai profesor riset harus ditunjukkan dengan kinerja yang semakin andal.

Pertama, seorang profesor riset harus mampu melakukan riset berkualitas. Berkontribusi pada pengetahuan di bidang kepakaran terkait.

Kedua, mampu membimbing periset lain ataupun mahasiswa. Ketiga, mampu memberikan ide, masukan, dan strategi dalam pengembangan kebijakan riset dan inovasi. Baik di bidang kepakaran yang bersangkutan ataupun peran manajerial.

“Selanjutnya yang keempat, mampu berkolaborasi dengan berbagai mitra baik nasional maupun global. Dan yang terakhir adalah dapat berperan aktif tidak hanya pada ruang lingkup organisasi. Namun juga secara luas sebagai pengabdian terhadap masyarakat,” kata Vian di Jakarta, Rabu (24/4).

Cuaca ekstrem kerap terjadi di Indonesia. Foto: BNPB Kab. Bogor

Orasi Ilmiah

Ketiga peneliti ahli utama dengan kepakarannya masing-masing akan melakukan orasi ilmiah, yang merupakan saripati dari riset yang telah mereka lakukan selama ini.

Isnaeni, dengan kepakaran optik secara konsisten melakukan penelitian atas masalah efisiensi energi listrik dan pencemaran lingkungan. Menghadirkan quantum dots karbon sebagai solusinya.

“Quantum dots adalah partikel berukuran skala nanometer. Di mana terjadi pengurungan elektron yang menyebabkan tingkat energi dalam quantum dots bersifat diskrit dan menghasilkan sifat yang unik,” jelas Isnaeni.

Dalam keterangan BRIN, Isnaeni menjelaskan quantum dots karbon adalah jenis quantum dots yang dapat dibuat dari bahan limbah domestik. Memiliki keunggulan sifat optik yang baik, dan mudah disintesis.

BACA JUGA:   Meski Kabel Sempat Kendor, Neuralink Siap Tampung Pasien Baru

Penggunaan satu jenis quantum dots karbon pada LED berhasil menciptakan warna lampu kuning, merah, jingga, hingga putih. Selain tidak bersifat toksik, quantum dots karbon juga sensitif terhadap logam berat.

“Hasil pengembangan ini tentu akan sangat bermanfaat bagi pemantauan polusi logam berat pada perairan sungai, danau, dan lautan,” katanya.

Sementara itu, Erma Yulihastin, dengan kepakaran cuaca dan iklim ekstrem tekun melakukan penelitian terkait model prediksi hujan yang akurat untuk wilayah Indonesia.

“Salah satu penyebab model global memiliki bias prediksi hujan terbesar di wilayah Indonesia adalah komposisi wilayah laut dan darat serta distribusi topografinya yang kompleks,” ungkap Erma.

Ia menjelaskan, pengembangan metode kopel model antara komponen atmosfer dan laut berguna untuk memperbaiki prediksi onset hujan ekstrem. Berbasis model dinamik skala meso.

Metode ini selanjutnya disebut Sistem Pendukung Keputusan Numerical-based Atmosphere-ocean prediction and Knowledge Using deep Learning Artificial Intelligence (NAKULA).

“Pengembangan NAKULA merupakan salah satu solusi kemandirian nasional dalam teknologi prediksi cuaca ekstrem agar dapat menghasilkan dataset prediksi cuaca resolusi tinggi untuk wilayah Indonesia,” tegas Erma.

Ilustrasi sampah di tepi laut. Foto: canva

Sampah Laut

Sedangkan Muhammad Reza Cordova, dengan kepakaran pencemaran laut mengungkapkan, Indonesia dianggap sebagai penghasil sampah plastik laut terbesar kedua. Namun, dari hasil riset yang ia lakukan, angkanya lebih kecil dua hingga enam kali dari klaim modelling secara global.

“Perhitungan tersebut menjadi dasar pengurangan kebocoran sampah plastik laut untuk periode delapan tahun. Terhitung sejak 2018 sampai 2025, yakni sebesar 70 persen. Hal ini tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut,” kata kandidat Profesor Riset termuda di BRIN ini.

Selama periode tahun 2018 hingga 2023, produksi sampah di laut di Indonesia diklaim sudah berkurang hingga 41 persen.

Artikel Terkait

Patch Update Wasteland Storm di Garena Undawn Bakal Hadir 19 September

Garena Undawn akan merilis pembaruan patch update Wasteland Storm...

Cek Nomor HP, Ada Aplikasi Selain GetContact

FT News – Akun Fufufafa semakin ramai diperbincangkan oleh...

Bukan Google, Gen Z Mulai Gunakan Aplikasi Lain Mencari Informasi di Internet

FT News – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Gen...