Biodata dan Agama Marsinah, Aktivis Buruh yang Dibunuh Kini Jadi Pahlawan Nasional
Presiden RI Prabowo Subianto secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Marsinah, buruh perempuan yang gugur dalam perjuangan menegakkan keadilan pada 1993.
Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 116.TK/Tahun 2025 dan dibacakan dalam upacara kenegaraan pada 10 November 2025. Penetapan ini menegaskan posisi Marsinah sebagai simbol perjuangan buruh Indonesia dan ikon keberanian rakyat kecil.
Penganugerahan gelar ini disambut haru oleh keluarga, terutama sang kakak, Marsini, yang menghadiri upacara di Istana Negara. Ia tak kuasa menahan tangis mengenang perjuangan adiknya.
Baca Juga: Kontroversi Usulan Pahlawan: Soeharto Hingga Marsinah
Marsini mengenang masa kecil sang adik yang penuh keterbatasan, harus berpindah-pindah tinggal bersama paman, bibi, hingga neneknya. Untuk berangkat sekolah, Marsinah mengandalkan sepeda onthel jengki merah menempuh jarak jauh setiap hari.
Ia tak pernah membayangkan gadis sederhana yang gigih mengayuh sepeda itu kelak akan mengharumkan nama keluarga dan tanah kelahirannya, Nganjuk.
Baca Juga: Mensos Sebut 49 Nama Calon Pahlawan Diserahkan ke Prabowo, Ada Soeharto dan Marsinah
Bagi keluarga, gelar ini menjadi pengakuan yang seharusnya disaksikan langsung oleh Marsinah bila ia masih hidup.
Profil Marsinah
Marsinah diwakili oleh keluarganya, sang kakak Marsini menerima gelar Pahlawan Nasional. [YouTube]
Marsinah lahir pada 10 April 1969 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sumini dan Mastin. Masa kecilnya dihabiskan di bawah asuhan neneknya, Puirah, dan bibinya, Sini, di desa Nglundo, Jawa Timur.
Ia menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Karangasem 189 dan SMPN 5 Nganjuk sebelum menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Muhammadiyah. Ketidakmampuan ekonomi membuat pendidikan Marsinah terhenti di tengah jalan.
Untuk membantu keluarga, ia sejak remaja sudah berdagang makanan ringan bersama nenek dan bibinya. Semangatnya untuk mandiri dan memperbaiki kehidupan membawanya merantau mencari pekerjaan di kota-kota besar.
Pada 1989, Marsinah diterima bekerja di pabrik sepatu Bata di Surabaya, sebelum pindah ke pabrik jam tangan Catur Putra Surya (CPS) di Sidoarjo setahun kemudian.
Di sinilah ia mulai dikenal sebagai sosok pekerja yang vokal, cerdas, dan memiliki keberanian memperjuangkan hak-hak buruh. Setelah pemindahan pabrik ke Porong, ia semakin disegani sebagai juru bicara rekan-rekan sekerjanya.
Puncak perjuangan Marsinah terjadi pada awal Mei 1993 ketika para buruh CPS melakukan aksi untuk menuntut kenaikan upah sesuai imbauan pemerintah. Ia terlibat langsung dalam rapat-rapat buruh, penggalangan aksi mogok, hingga negosiasi dengan perusahaan.
Marsini, ahli waris Marsinah menerima gelar penghargaan pahlawan untuk sang adik yang diberikan Presiden Prabowo. [YouTube]
Marsinah menjadi salah satu dari 15 pekerja yang mewakili buruh dalam perundingan sebelum situasi memanas akibat intervensi aparat. Pada 5 Mei 1993, belasan buruh yang dianggap penghasut dibawa ke Kodim Sidoarjo, sementara Marsinah berusaha mencari tahu keberadaan mereka.
Malam hari itu, Marsinah menghilang tanpa jejak. Selama tiga hari, keberadaannya tak diketahui hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada 8 Mei 1993, dengan tubuh penuh luka penyiksaan.
Pembunuhan Marsinah memicu kehebohan nasional hingga perhatian internasional karena dugaan keterlibatan aparat militer dalam penyekapan dan eksekusinya.
Sejumlah staf perusahaan sempat diproses hukum, namun banyak yang kemudian dibebaskan setelah diketahui pengakuan mereka diperoleh di bawah tekanan. Kasus ini memunculkan dugaan rekayasa dan ketidaktransparanan penyelidikan oleh aparat.
Meski penyelesaian hukum kasus pembunuhannya belum memuaskan publik, nama Marsinah tetap hidup sebagai simbol perjuangan buruh Indonesia. Ia menerima Penghargaan Yap Thiam Hien pada 1993, dan kini, gelar Pahlawan Nasional resmi mengukuhkan warisannya sebagai pejuang keadilan.
Seperti kata keluarganya, perjuangan Marsinah akhirnya membawanya ke Istana, meski tidak dengan cara yang mereka harapkan.
Biodata dan Agama Marsinah
Potret Marsinah dalam acara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional.
- Nama: Marsinah
- Tempat Tanggal Lahir: Nganjung, 10 April 1969
- Agama: Islam
- Meninggal: Mei 1993