BMKG Sebut Penyebab Banjir Bekasi Tarkait Tata Kelola Air dan Tata Ruang yang Harus Dibenahi
Nasional

Banjir yang melanda Kota Bekasi baru-baru ini menyoroti pentingnya perbaikan tata kelola air dan penataan ruang. Dengan intensitas hujan mencapai 232 mm per hari, melebihi ambang batas normal 125-145 mm per hari.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyoroti dan memberikan catatan terkait banjir yang melanda Jabodetabek utamanya Bekasi pada 5 Maret.
Dwikorita menuturkan, sejak 3 Maret, pihaknya sudah memprediksi akan ada cuaca ekstrem di Jabodetabek, termasuk bekasi lumpuh imbas banjir di mana-mana.
Baca Juga: Kemarau Imbas El Nino Bakal Terjadi Hingga Akhir 2023
"Dari citra satelit, kami tangkap awan-awan hujan bisa terlihat pada tanggal 3 (Maret), sebelum banjir itu sudah terdeteksi. Itu awan skala besar ratusan kilometer ukurannya menutup hampir seluruh wilayah Jabar," kata Dwikorita dalam rapat koordinasi di Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (103).
"Sehingga kami gencarkan peringatan dini setelah itu kami telepon BPBD di lokasi terdampak yang tertutup awan skala besar," tambah dia.
Selain di Pulau Jawa, cuaca ekstrem juga terjadi di Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan.
Baca Juga: Terkuak! Fakta Miris Penemuan Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat
BMKG melihat ada anomali sebab curah hujan di Sumsel, Lampung dan Kalimantan lebih tinggi dibanding di Bekasi. Akan tetapi, yang kebanjiran adalah Bekasi.
"Ekstrem ini di Sumsel dan Lampung, kemudian di Kalimantan, itu lebih besar, paling kecil di Jabar. Menariknya yang jadi pelajaran bagi kami justru yang banjirnya dahsyat kenapa yang curah hujan relatif paling rendah?" tanya Dwikorita.
"Yang di Kalimantan dan Sumsel, Lampung, harusnya lebih dahsyat, harusnya, tapi tidak sampai banjir sampai ke atap," tutur dia.
BMKG menduga adalah masalah dalam sistem lingkungan dan tata kelola ruang di Jabodetabek. BMKG meminta kepala daerah untuk membenahi masalah ini.
"Karena ada Bapak pimpinan daerah, mohon jadi perhatian bersama kekhawatiran kami, barang kali sistem lingkungan yang ada di Jabar atau Jabodetabek memang sudah perlu segera dibenahi artinya terbukti di lokasi lain ya dahsyat tapi enggak apa-apa," kata Dwikorita.
Upaya kolaboratif antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan banjir yang terus berulang di wilayah Bekasi.
"Bekasi curah hujan tahun 2020 itu jauh lebih tinggi, tahun ini, Bekasi hanya 140 mm dibandingkan 200 mm di 2020, tetapi dampaknya jauh lebih dahsyat tahun ini. Jadi data dan fakta tahun ini pengaruh lingkungan dan sistem tata kelola air dan tata ruang, ini mohon jadi perhatian," tutur dia.