BRIN Kenalkan Fishway di WWF ke-10, Ini Manfaatnya
Teknologi

FTNews - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan pengembangan teknologi Fishway di World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, Selasa (21/5). Teknologi ini berupaya menjaga populasi ikan air tawar di sungai-sungai sekaligus kelestarian lingkungan.
Dalam pengembangan teknologi ini, BRIN menggandeng Charles Sturt University dan Australian Centre for International Agricultural Research.
Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN, Arif Wibowo menyebutkan Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia terkait kekayaan biodiversitas di air tawar.
Baca Juga: Hati-hati! Virus Brokewell Bisa Kuras Rekening
“Sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya adalah menjaga populasi ikan air tawar di sungai-sungai,†kata Arif dalam keterangannya.
Menurut Arif, pembangunan bendungan untuk irigasi maupun pembangkit listrik tenaga air dapat mengakibatkan terhambatnya jalur migrasi ikan. Pembangunan infrastruktur tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan populasi ikan hingga 20 persen.
"Penurunan populasi ikan di sungai menjadi bukti perlunya langkah antisipasi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui penyediaan bukti ilmiah yang kuat terkait kondisi lingkungan perairan,†ungkap Arif.
Baca Juga: Bocah Temukan Bebek Karet di Pantai, Bukti Kejahatan Lingkungan
Melalui kolaborasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan sumber daya air dan pembangunan bendung/bendungan, BRIN pun menciptakan bersama sebuah sistem yang bernama Fishway atau tangga ikan.
Ilustrasi budidaya ikan. Foto: Pemkot Pariaman
Sejak 1991
Teknologi tangga ikan di Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 1991 di Bendung Perjaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan oleh BBWS Sumatera VIII Kementerian PUPR. Dengan tipe pool dan weir fishway.
Arif menegaskan dengan adanya Fishway di Indonesia membuktikan bahwa paling tidak 60-70 persen dari populasi ikan dapat bertahan.
“Jika fishway tidak ada hanya akan menyisakan 20 persen dari populasi ikan. Bahkan bisa menyisakan 10 persen atau ikan migratorinya hilang,†tegasnya.
Periset Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat, Dwi Atminarso mengungkapkan selama beberapa dekade terakhir masyarakat mengeluhkan terjadinya penurunan hasil penangkapan ikan di sungai.
“Bahkan beberapa spesies telah hilang sama sekali dari hasil tangkapan mereka. Ini terjadi akibat terhambatnya jalur migrasi ikan yang hidup di habitat air sungai,†ujar Dwi.
Dwi pun menyebut perlu mitigasi bersama untuk dapat menjaga keberlanjutan sumber daya ikan. Baginya ikan menjadi sumber protein penting. Sekaligus komoditas perdagangan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar sungai di Asia Tenggara.
Dalam merancang teknologi Fishway pun lanjutnya banyak faktor yang tim perhitungkan. Misalnya saja perlu memahami spesies ikan, kondisi hidrologi sekitar sungai. Selain itu juga pola aliran dan ketinggian air.