Daftar Calon Pengganti Paus Fransiskus, 2 di Antaranya Berkulit Hitam
Sosial Budaya

Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 tahun. Umat Katolit sedunia pun menunggu untuk melihat penggantinya.
Para Kardinal berkumpul di Roma untuk Konklaf Kepausan. Fransiskus sendiri Paus asal Amerika Latin pertama, hal itu bisa jadi tanda perubahan yang lebih luas dalam Gereja Katolik.
Apakah nantinya kita melihat Paus kulit hitam atau Asia pertama?
Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal, Puan Maharani: Warisan Kasih dan Semangat Perdamaiannya Selalu Hidup
Berikut ini para calon kuat untuk duduk sebagai Paus Agung.
1. Peter Turkson
Peter Turkson mantan Uskup Cape Coast. Beliau bisa jadi Paus dengan latar kulit hitam pertama dan punya daya tarik untuk menjangkau Afrika.
Baca Juga: Pesan Paskah 2025 Paus Fransiskus: Serukan Gencatan Senjata Gaza dan Bebaskan Sandera
Pria kelahiran Ghana itu pernah dikirim Fransiskus sebagai utusan perdamaian di Sudan Selatan.
Peter Turkson jadi favorit ketika digelar Konklaf Kepausan tahun 2013, saat Fransiskus terpilih.
2. Luis Antonio Tagle
Luis Antonio Tagle merupakan mantan Uskup Agung Manila. Beliau jadi calon terdepan di pasar taruhan.
Tagle akan memiliki daya tarik sebagai Paus Asia pertama dengan wilayah dengan populasi Katolik yang tumbuh paling cepat.
Dia menentang hak aborsi di Filipina tetapi akan dianggap sebagai salah satu kandidat yang lebih liberal.
Ia pernah mengeluh bahwa gereja Katolik terlalu keras terhadap pasangan gay dan pasangan yang bercerai, dan hal ini telah menghambat pekerjaan penginjilannya.
3. Pietro Parolin
Pietro Parolin, berusia 70 tahun, pernah bekerja dengan Paus Fransiskus sebagai Kardinal Sekretaris Negara.
Beliau dipandang sebagai seorang yang moderat, meskipun tidak sedekat sayap liberal seperti yang terkadang ditunjukkan Fransiskus.
Saat Irlandia memberikan suara pada tahun 2015 untuk melegalkan pernikahan sesama jenis, Parolin menggambarkannya sebagai 'kekalahan bagi kemanusiaan'.
Belakangan ini, ketenaran Parolin sedikit meredup karena beliau menjadi arsitek perjanjian tahun 2018 antara Takhta Suci dan Tiongkok , yang oleh sebagian orang dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Partai Komunis Tiongkok.
4. Peter Erdo
Peter Erdo, 72 tahun, merupakan Uskup Agung Esztergom-Budapest akan menjadi Paus kedua, setelah Yohanes Paulus II, yang pernah menjabat di bekas blok Soviet, ketika para pemimpin gereja sering mendapat kekerasan.
Erdo berkampanye agar pendahulunya, Jozsef Minszenty, dibebaskan setelah ditangkap karena menentang rezim komunis Hungaria .
Erdo adalah seorang konservatif sejati yang menentang umat Katolik yang bercerai atau menikah lagi yang menerima komuni suci.
5. Jose Tolentino
Jose Tolentino, 59 tahun, berasal dari tempat kelahiran Cristiano Ronaldo di Madeira, Portugal.
Beliau pernah menjabat sebagai Uskup Agung dan juga memegang sejumlah peran di Vatikan.
Sebagai kandidat muda, ia menganjurkan agar para sarjana Alkitab terlibat dengan dunia modern dengan menonton film dan mendengarkan musik.
6. Matteo Zuppi
Matteo Zuppi, 69 tahun, menjadi Uskup Agung Bologna sejak 2015 dan diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada tahun 2019.
Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai utusan perdamaian Vatikan untuk Ukraina pada dua tahun lalu.
Beliau mengunjungi Moskow untuk 'mendorong gerakan kemanusiaan'.
Meskipun ia tidak bertemu dengan Putin , ia bertemu dengan sekutu kontroversial Putin, Patriark Kirill, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia. Sayangnya, usaha beliau tidak menunjukkan kemajuan diplomatik yang berarti.
7. Mario Grech
Mario Grech, 68 tahun, berasal dari Malta. Beliau sebelumnya menjabat sebagai Uskup Gozo dan sekarang menjadi Sekretaris Jenderal Sinode Uskup.
Grach telah meminta gereja untuk 'mempelajari bahasa baru' saat berhadapan dengan pasangan gay dan orang yang bercerai, meskipun ia juga dipandang sebagai seorang yang tradisionalis.
8. Robert Sarah
Robert Sarah, 79 tahun, lahir di Guinea Prancis. Beliau adalah kandidat Paus kulit hitam pertama.
Meskipun usianya tidak berpihak padanya. Ia telah bekerja di berbagai posisi Vatikan sejak zaman Yohanes Paulus II.
Sebagai seorang konservatif, ia mengecam ideologi gender sebagai ancaman bagi masyarakat.
Sumber: Daily Mail