Di Tengah Kesepakatan Gencatan Senjata, Israel Masih Bombardir Palestina : 35 Orang Tewas
Nasional

Israel dan Palestina telah menyepakati gencatan senjata selama enam pekan ke depan.
Perang yang telah berlangsung selama 15 bulan di Gaza menunjukkan kabar baik dengan gencatan senjata yang telah disepakati kedua kubu.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bahkan mengatakan jika kesepakatan gencatan senjata ini akan berlaku mulai dari Minggu.
Baca Juga: Israel Serang Iran, Komandan IRGC Hossein Salami Tewas
Ia menambahkan, para negosiator bekerja sama dengan Israel dan Hamas untuk melaksakan kesepakatan ini.
Presiden Amerika, Joe Biden juga mengungkapkan gencatan senjata akan menghentikan perang di Gaza.
"Kesepakatan ini akan menghentikan pertempuran di Gaza, meningkatkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga sipil Palestina, dan menyatukan kembali para sandera dengan keluarga mereka setelah lebih dari 15 bulan ditawan," ujar Joe Biden di Washington.
Baca Juga: Daftar Petinggi Militer dan Ilmuwan Nuklir Iran yang Tewas Akibat Serangan Israel: Khamenei Siapkan Balasan!
Namun di tengah kesepakatan gencatan senjata, Israel masih terus memborbardir Palestina. Melalui serangan udara, Israel menjatuhkan bom di Gaja pada Rabu malam.
Serangan tersebut mengakibatkan 35 warga Gaza meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Seperti apa sebenarnya bentuk perjanjian gencatan senjata tersebut? Berikut ini ulasan yang dirangkum FT News dari berbagai laman:
Seperti diketahui konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama 15 bulan di Gaza.
Palestina dalam hal ini pejuang Hamas dan Israel mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata.
Pakta ini merupakan hasil dari negosiasi berliku-liku selama berbulan-bulan yang dilakukan oleh mediator Mesir dan Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat dan terjadi menjelang pelantikan presiden Trump pada hari Senin.
Kesepakatan gencatan senjata ini nantinya juga mencakup pembebasan tahanan atau sandera yang telah ditahan.
Dilansir dari Al Jazeera, sekitar 30 orang tawanan Israel yang ditangkap selama serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 akan dibebaskan. Termasuk wanita, anak-anak dan warga sipil berusia di atas 50 tahun.
Sebagai gantinya, Israel juga akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina.
Termasuk tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup. Tercatat, di antara warga Palestina yang dibebaskan terdapat sekitar 1000 orang yang ditahan setelah 7 Oktober 2023.
Dijelaskan, Israel nantinya juga akan menarik pasukannya secara bertahap dari Jalur Gaza di tahap pertama atau enam minggu pertama gencatan senjata.
Israel juga akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara yang terkepung.
Israel juga akan mengizinkan warga Palestina yang terluka untuk meninggalkan Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan, dan membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah dimulainya pelaksanaan tahap pertama.
Selain itu, Israel juga memberikan akses lebih luas untuk pengiriman bantuan ke Gaza, Palestina. Dikatakan Israel mengizinkan lonjakan bantuan hingga 600 truk per hari.
Lebih lanjut, PBB maupun Komite Palang Merah Internasional mengatakan tengah bersiap untuk meningkatkan operasi bantuan mereka secara besar-besaran.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan bahwa prioritas sekarang adalah meringankan penderitaan luar biasa yang disebabkan oleh genosida ini.
Seorang pejabat Israel mengatakan bahwa penerimaan negaranya atas kesepakatan gencatan senjata tidak akan resmi sampai disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah negaranya. Di mana pemungutan suara dijadwalkan pada hari ini, Kamis (16/1/2025).
Kesepakatan itu diharapkan akan disetujui meskipun ada tentangan dari beberapa garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang mengulangi kecamannya terhadap perjanjian itu pada hari Rabu.
Netanyahu menelepon Biden dan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka dan mengatakan dia akan segera mengunjungi Washington, kata kantornya.
Dalam pernyataan media sosial yang mengumumkan gencatan senjata, Hamas menyebut pakta itu "sebuah pencapaian bagi rakyat kami" dan "titik balik".