Dilakukan Jelang Ramadan, Ini Makna dan Tujuan Punggahan
Lifestyle

Punggahan atau Munggahan adalah tradisi khas masyarakat Nusantara yang dilakukan menjelang Bulan Suci Ramadan. Tradisi ini memiliki makna mendalam dan tujuan yang erat kaitannya dengan persiapan spiritual, sosial dan emosional umat Islam sebelum memasuki bulan penuh berkah.
Banyak yang penasaran, apa sih makna dan tujuan punggahan? Berikut ulasan FT News:
1. Makna Punggahan
Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Wilayah Jabodetabek 18 Maret 2025
Kata punggahan berasal dari bahasa Jawa dan Sunda, yang berarti naik atau menaikkan. Secara simbolis, tradisi ini menggambarkan proses peningkatan spiritual dari bulan Sya'ban menuju Ramadan.
Ramadan dianggap sebagai puncak dari bulan-bulan sebelumnya, yaitu Rajab dan Sya'ban, yang juga memiliki keistimewaan dalam Islam. Punggahan mencerminkan kesiapan umat Islam untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan mereka saat menyambut Ramadan.
2. Tujuan Punggahan
Baca Juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa 5 Maret 2025 untuk Wilayah Jabodetabek
- Persiapan Spiritual: Membantu umat Islam mempersiapkan diri secara lahiriah dan batiniah untuk menjalani ibadah puasa dengan lebih khusyuk.
- Ungkapan Syukur: Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kesempatan bertemu kembali dengan Bulan Ramadan yang penuh berkah.
- Mempererat Silaturahmi: Melalui kegiatan seperti makan bersama, doa bersama dan saling meminta maaf, tradisi ini memperkuat hubungan antar anggota keluarga, kerabat serta masyarakat.
- Membersihkan Diri: Momen ini juga dimanfaatkan untuk saling meminta maaf guna membersihkan hati sebelum memasuki bulan suci.
3. Kegiatan dalam Tradisi Punggahan
- Doa Bersama: Membaca tahlil, Yasin atau doa-doa khusus untuk memohon kelancaran ibadah di Bulan Ramadan.
- Ziarah Makam: Mengunjungi makam leluhur untuk mendoakan mereka yang telah berpulang.
- Makan Bersama: Hidangan khas seperti nasi urap, ketan, apem dan pisang sering disajikan sebagai simbol kebersamaan.
- Sedekah Makanan: Masyarakat membawa makanan untuk didoakan bersama sebelum disantap atau dibagikan kepada tetangga.
Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk ekspresi kegembiraan menyambut Ramadan tetapi juga sarana dakwah Islam yang telah berlangsung sejak zaman Wali Songo. Sunan Kalijaga, misalnya, menggunakan pendekatan budaya seperti punggahan untuk menyebarkan ajaran Islam di Jawa.
Dengan melibatkan elemen lokal seperti makanan tradisional dan adat istiadat setempat, punggahan menjadi cara efektif memperkuat syiar Islam tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya asli. Secara keseluruhan, punggahan adalah tradisi yang kaya akan nilai spiritual dan sosial.
Meski bentuk pelaksanaannya dapat berbeda di setiap daerah, inti dari tradisi ini tetap sama yakni mempersiapkan diri secara maksimal untuk menyambut Ramadan dengan hati bersih dan semangat kebersamaan.