Dulu Penyelamat Ruko Kosong, Gerai Mixue di Indonesia Kini Berguguran
Lifestyle

Ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19, banyak usaha yang berguguran hingga akhirnya ruko-ruko pun banyak terlihat kosong melompong.
Namun, Mixue ke Indonesia seolah menjadi penyelamat bagi pemilik ruko kosong untuk dijadikan tempat usaha bagi brand asal China ini.
Mixue menjual minuman kekinian dan mengandalkan es krim dan minuman kemasan teh. Pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2020 dengan membuka outlet pertama di Bandung, Jawa Barat.
Baca Juga: Kemenag Tegaskan Tak Pernah Keluarkan Surat Halal untuk Wine
Penjualan Mixue pun meroket setelah banyak konsumen Indonesia yang FOMO saat itu. Cukup modal Rp 400 jutaan saja, pelaku usaha bisa membuka gerai Mixue.
Prestasi Mixue tidak main-main, brand FnB ini menyalip gerai McDonald's dan Starbucks di seluruh dunia dengan lebih dari 45.000 outlet.
Selama empat tahun hadir di Indonesia, Mixue membuka 4.000 gerai.
Baca Juga: Bisa Dibikin Buat Buka Puasa, Nih Resep Mie Nyemek Sederhana Ala Chef Devina
Itu dulu, di tahun 2024, gerai Mixue di Indonesia banyak yang tumbang karena cuma bisnis musiman.
1. Mixue Terlalu Agresif
Kita bisa melihat langsung bagaimana jarak antar gerai Mixue terlalu berdekatan sehingga persaingan jadi tidak sehat.
Mixue terlalu agresif saat berekspansi di Indonesia. Maka yang terjadi kanibalisme antar gerai Mixue dan berdampak pada seretnya omzet.
2. Produk Mudah Ditiru
Kita pun melihat anak-anak suka dengan es krim Mixue yang rasanya sangat manis dan harganya murah meriah.
Namun, produk Mixue itu mudah ditiru oleh kompetitor sehingga lambat laun kue pasarnya semakin berkurang.
Mixue juga kurang berinovasi sehingga pasar menjadi jenuh.
3. Tren Bisnis FnB Cepat Berubah
Banyak orang yang berbondong-bondong membuka bisnis FnB. Namun, tantangannya pun sangat besar.
Tren es krim juga cepat berubah setelah tidak lagi viral di media sosial. Hal itu membuat omzet turun drastis.
Apalagi, Mixue tidak cepat melakukan inovasi dan melakukan branding secara berkala.