Fakta Baru Kerusakan Hutan Lampung, Siapa Dalang Illegal Logging?
Upaya pemberantasan pembalakan liar atau illegal logging di Lampung kembali menjadi sorotan setelah Gubernur Lampung menegaskan bahwa kerusakan hutan di wilayahnya sebagian besar dipicu oleh aktivitas masyarakat, bukan perusahaan.
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap maraknya pembalakan liar yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan dan mengancam keberlanjutan lingkungan.
Meluasnya Kerusakan Hutan dan Ancaman Bencana Hidrologis
Dalam penelusuran di sejumlah titik rawan, kerusakan hutan tampak semakin meluas. Lahan yang sebelumnya tertutup vegetasi kini berubah menjadi area terbuka, memicu kekhawatiran akan risiko bencana hidrologis seperti banjir dan longsor.
Pemerintah daerah mencatat, sebagian besar kegiatan penebangan dilakukan secara tradisional oleh warga yang memanfaatkan kayu sebagai sumber ekonomi, baik untuk kebutuhan harian maupun untuk dijual.
Fenomena ini memperburuk kondisi hutan yang sudah rentan. Meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman dan pertanian juga berkontribusi menekan kawasan konservasi.
Sejumlah titik yang dulunya berada dalam kawasan lindung kini mengalami perambahan intensif.
Gubernur Klaim Warga Jadi Pemicu Utama Pembalakan Liar
Komitmen Pemerintah Daerah dalam Edukasi dan Penindakan Tegas
Meskipun demikian, pemerintah daerah menegaskan komitmennya untuk memperkuat pengawasan dan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.
Program rehabilitasi hutan, pemberdayaan ekonomi alternatif, hingga pemulihan kawasan kritis kembali digencarkan agar masyarakat tidak lagi bergantung pada aktivitas penebangan liar.
Di saat yang sama, aparat penegak hukum terus diminta untuk menindak tegas pelaku perusakan hutan, baik yang terlibat langsung maupun pihak-pihak yang memanfaatkan hasil pembalakan liar.
Pemerintah daerah berharap langkah ini mampu mengurangi praktik pembalakan, sekaligus memulihkan kondisi hutan Lampung yang makin terancam.
