Fakta-fakta Viral Getok Harga Rp 16 Juta di Labuan Bajo, Potret Kusam Pariwisata
Rombongan agen travel dari berbagai daerah Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) menjadi korban dugaan getok harga hingga Rp16 juta.
Hal ini terjadi saat Astindo makan di pusat kuliner seafood Kampung Ujung, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada akhir Oktober 2025.
Awalnya total tagihan tersebut termasuk PPN 10 persen dan menu utama seperti kepiting asam manis, lobster, dan ikan bakar. Setelah protes dari rombongan, total tagihan diturunkan menjadi sekitar Rp11 juta.
Baca Juga: Agensi Travel Rusia Buka Paket Wisata ke Korea Utara, Berminat?
Sontak saja, adanya kabar getok harga di Labuan Bajo ini seketika menjadi viral. Warganet pun ramai memberikan komentar atas kejadian ini.
Keindahan Labuan Bajo. [TikTok]
"Agen travelnya aja kena getok padahal mereka yang nantinya akan merekomendasikan wisatawan dan meramaikan warung di sana," ungkap warganet di kolom komentar infonesia, dilihat Minggu 2 November 2025.
Baca Juga: Tak Cukup Jual Keindahan, Pariwisata Harus Ramah Teknologi Digital
"Makanya banyak orang lebih pilih ke Phuket Thailand daripada Labuan Bajo. Harga tiket wisata lebih murah ke Phuket daripada ke Labuan Bajo, akomodasi dan masyarakatnya juga lebih siap menyambut para wisatawan. Pahit sih, tapi ini nyata," kata warganet.
Fakta-fakta Getok Harga Rp16 juta di Labuan Bajo
Fakta-fakta terkait insiden dugaan getok harga Rp16 juta di Labuan Bajo adalah sebagai berikut:
1. Kejadian terjadi pada malam Minggu, 26 Oktober 2025, di Pusat Kuliner Seafood Kampung Ujung, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat rombongan lebih dari 20 orang bos travel agen dari Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) makan bersama.
2. Rombongan mengaku dikenakan harga tagihan sebesar Rp16 juta termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen, yang dianggap sangat tinggi dan tidak masuk akal oleh rombongan, sehingga mereka protes.
3. Setelah protes dari rombongan, pemilik lapak menurunkan harga menjadi sekitar Rp11 juta dan rombongan membayar.
4. Pemilik lapak, yang berinisial YY, membantah melakukan praktik getok harga. Dia mengklaim harga sudah disepakati sebelumnya melalui perantara dan menunjukkan daftar harga serta penimbangan yang jelas.
5. Nota pembayaran hanya ditulis tangan, yang memicu keraguan soal transparansi dan kejelasan harga serta pajak.
6. Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Transmigrasi, Koperasi, dan UMKM Manggarai Barat turun tangan mengklarifikasi kejadian dan menyimpulkan tidak ada praktik getok harga setelah memeriksa dokumen dan penjelasan pemilik lapak.
7. Insiden ini menjadi sorotan luas karena mencoreng citra pariwisata Labuan Bajo yang selama ini diharapkan menjadi destinasi wisata unggulan dengan pelayanan yang baik.
8. Ketua Umum ASTINDO, Pauline Suharno, menyatakan bahwa insiden tersebut aneh dan mempersoalkan apakah PPN benar-benar disetor ke pemerintah, menekankan perlunya transparansi dan perlakuan adil bagi wisatawan domestik.
Fakta ini menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara rombongan wisatawan dan pemilik lapak tentang keabsahan harga, yang memicu kontroversi dan perdebatan soal etika dan kejelasan harga dalam dunia pariwisata lokal.