Frigard Harjono, Sosok dari Suami Pendaki Lilie Wijayanti : Relakan Kepergian Sang Istri
Nasional

Nama Frigard Harjono mendapat perhatian publik beberapa hari belakangan ini.
Sosok suami Pendaki Lilie Wijayanti harus menerima kenyataan ketika mengetahui istri tercintanya meninggal saat mendaki puncak Carstensz.
Lilie bersama sahabatnya, Elsa Laksono, dinyatakan meninggal akibat hipotermia setelah menghadapi cuaca ekstrem di ketinggian.
Baca Juga: Profil Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, Dua Pendaki yang Tewas di Puncak Carstenz
Sebelum kepergiannya, Lilie telah lama memimpikan menaklukkan Puncak Carstensz.
Keinginan itu akhirnya terwujud pada 23 Februari 2025, saat ia berangkat mendaki bersama kelompoknya.
Sang suami, Frigard Harjono, menyampaikan bahwa istrinya telah meminta izin jauh hari sebelum keberangkatan.
Baca Juga: Lilie Wijayanti Poegiono Sudah Prediksi Cuaca Buruk, 4 Hari Sebelum Mendaki Puncak Carstenz,
“Dia memang meminta izin ke saya. Ini sudah jadi cita-citanya sejak lama. Saya perbolehkan karena dia sudah melakukan latihan dan persiapannya juga matang,” ujar Frigard kepada awak media di Bandung, belum lama ini.
Frigard menambahkan bahwa Lilie rutin berlatih di Citatah, Bandung Barat, sejak tahun lalu.
Bahkan, ia sendiri kerap mengantar istrinya saat sesi latihan berlangsung.
Pendakian dimulai pada 26 Februari 2025, ketika rombongan tiba di Base Camp Yellow Valley menggunakan helikopter.
Setelah dua hari aklimatisasi, perjalanan ke puncak dimulai pada 28 Februari 2025 pukul 04.00 WIT.
Sebanyak 20 pendaki, terdiri dari 5 pemandu, 7 pendaki WNI, 6 pendaki WNA, serta 2 pendaki dari Taman Nasional Lorentz, bergerak menuju puncak.
Namun, setelah mencapai puncak pada pukul 14.00 WIT, cuaca tiba-tiba memburuk.
Hujan salju disertai angin kencang membuat suhu turun drastis, menyebabkan beberapa pendaki mengalami hipotermia.
Pada pukul 22.33 WIT, seorang pemandu dari Nepal, Dawa Gyalje Sherpa, berhasil mencapai lokasi Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono di Teras 2.
Namun, kondisi keduanya sudah sangat kritis. Mereka dinyatakan meninggal dunia pada 1 Maret 2025 pukul 02.07 WIT.
Sementara itu, tiga pendaki lainnya—Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni—masih bertahan di Summit Ridge dalam kondisi kritis.
Tim penyelamat akhirnya berhasil mengevakuasi mereka ke basecamp pada 1 Maret pukul 14.30 WIT.
Pria 68 tahun itu harus menerima kenyataan pahit dengan berat hati.
Ia mengungkapkan bahwa dua anaknya, yang kini tinggal di Jepang dan Singapura, sudah diberi tahu terkait kepergian sang ibu.
“Saya hanya bisa mendoakan. Saya tahu tak ada yang bisa mengubah keadaan, tapi kami semua berharap dia pergi dalam damai,” katanya dengan mata berkaca-kaca.