Google Buat Satelit Untuk Memetakan Gas Metana dari Luar Angkasa

Teknologi

Selasa, 20 Februari 2024 | 00:00 WIB
Google Buat Satelit Untuk Memetakan Gas Metana dari Luar Angkasa

FTNews - Seluruh negara yang menandatangani Paris Agreement telah sepakat untuk menanggulangi efek rumah kaca. Dalam perjanjian ini, seluruh negara setuju untuk menjaga temperatur bumi maksimal 2 derajat Celcius dari pra-industrialisasi.

rb-1

Seluruh negara kini berlomba-lomba untuk mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca mereka demi mencapai net zero emission di tahun 2050. Salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google, ingin membantu misi ini dengan meluncurkan sebuah satelit.

“Mencari tahu cara mengatasi emisi metana adalah salah satu tantangan iklim terbesar yang kita hadapi saat ini,” ungkap Yael Maguire, Wakil Presiden dan General Manager, Geo Developer & Sustainability dari Google.

Baca Juga: Ratusan Murid SD Sambut Delegasi DWG G20 di Belitung

rb-3

“Kami sangat antusias untuk membagikan informasi yang dapat ditindaklanjuti dan sangat dibutuhkan untuk mencapai dampak nyata,” tulisnya di artikel Google.

Rencananya, satelit tersebut untuk membaca dan memetakan data persebaran gas metana di langit Bumi. Satelit ini akan mengorbit bumi 15 kali sehari dengan jarak orbit sekitar 563 kilometer.

Saat ini, gas metana adalah salah satu gas yang memiliki kontribusi terbesar dalam pemanasan global. Hal ini karena gas metana dapat memerangkap panas matahari yang ingin keluar dari bumi.

Baca Juga: Tingginya Maleware di Indonesia Karena Pemakaian Software Bajakan

Google bekerja sama dengan Environmental Defence Fund (EDF) merealisasikan hal ini. Satelit yang bernama MethaneSAT akan memetakan, mengukur, dan melacak metana dengan presisi.

Ilustrasi pemetaan Google dan EDF. Foto: Google

Dalam penghitungan banyaknya gas metana, Google dan EDF bekerja sama dengan Harvard University’s School of Engineering and Applied Science. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan Center for Astrophysics dan Smithsonian Astrophysical Observatory.

Bantuan dari artificial intelligence (AI) dapat memetakan dan mengidentifikasi infrastruktur minyak dan gas seperti wadah penyimpanan minyak. Setelah pemetaan infrastruktur sudah lengkap, mereka dapat menggabungkan data tersebut dengan data dengan data dari EDF.

Mereka dapat melihat asal dari mana gas metana ini berasal dan memahami lebih lanjut tentang sumber kontribusi terhadap kebocoran metana.

Tag Teknologi Google Efek Rumah Kaca pemanasan global Sains Gas Metana

Terkini