Hati-hati! DBD-Penyakit Pernafasan Muncul saat Memasuki Musim Hujan
Kesehatan

FTNews, Jakarta – Masyarakat harus mewaspadai munculnya empat penyakit langganan saat peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Selain itu perlu menerapkan pola hidup sehat, memperkuat imunitas dan menjaga kebersihan lingkungan.
Praktisi kesehatan masyarakat dr Ngabila Salama mengatakan, dalam kondisi pancaroba membuat masyarakat mudah sakit.
"Dalam kondisi tersebut, hostnya yakni manusia jika berimunitas rendah, kurang tidur, kecapean dan pola makan berantakan jadi pemicu," katanya kepada FTNews, di Jakarta, Senin (20/11).
Baca Juga: Tempat Menyimpan Tomat Terbaik, Kamu Harus Tahu
Sedangkan di aspek agent, virus bakteri lebih mudah masuk ke dalam tubuh seiring dengan meningkatnya kelembapan.
Lalu lingkungan, dari kondisi kemarau ekstrem ke musim hujan tentu mengalami perubahan.
Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan ini menglasifikasikan empat penyakit di musim hujan. Pertama, batuk pilek, campak, cacar air dan flu singapur. Kedua, penyakit pencernaan (tipes, disentri dan diare).
Baca Juga: Kasus Omicron Meroket, Kemenkes Minta Daerah Perkuat 3 T
Selanjutnya ketiga, demam berdarah dengue, chikungunya karena vektor nyamuk. Keempat, jika ada banjir dan genangan, waspada penyakit leptospirosis atau kencing tikus yang mengandung bakteri Leptospira.
“DBD dari tahun ke tahun biasanya naik di Desember dan puncaknya April kemudian turun,†katanya.
Waspadai wadah entah itu, ember, ban bekas atau lainnya yang ada air bersih tergenang. Jentik nyamuk akan berkembang biak di situ.
Saat ini tambah Ngabila, sudah ada vaksin BDB berbayar dengan pemberian vaksin dua kali interval tiga bulan. Biaya penyuntikan per vaksin Rp 300.000 dan tingkat efektivitas pencegahan dari tingkat keparahan penyakit mencapai 80 persen. Vaksin untuk usia 4-54 tahun ini sudah mengantongi izin Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Puncak Penyakit
Sementara itu untuk Leptosprirosis, akan masuk ke tubuh lewat luka pascabanjir dan genangan jika terkontaminasi kencing tikus tersebut. Gejala mata dan kulit kuning, nyeri otot di bagian kaki belakang. Fatalnya bisa menyebabkan gagal ginjal hingga kematian.
Ngabila mengamati, siklus DBD muncul tiga tahunan sekali di Jakarta, tahun 2016, 2019 dan 2022. Jika kondisi rendah hanya 100 kasus DBD per bulan. Namun jika puncak bisa mencapai 600 kasus per bulan.
“Sedangkan Leptospirosis angkanya naik pascabanjir besar seperti tahun 2010 dan 2015,†imbuhnya.
Selain orang dengan imunitas rendah seperti bayi, balita, ibu hamil, menyusui dan lansia, kelompok produktif juga harus meningkatkan kekebalan tubuh.
“Kelompok ini bermobilitas tinggi, usianya 20-60 tahun dan lebih banyak bertemu orang,†ucapnya.
Ia pun mengingatkan agar kelompok ini menjaga kesehatan, istirahat cukup minimal 7 jam dan makan makanan bergizi, memakai masker jika di kerumunan atau transportasi publik.
“Yang penting juga terapkan pola hidup CERDIK dan CERIA. Di dalamnya ada enyahkan asap rokok dan hindari stres,†tandas Ngabila.