Internasional

Hujan Langka Guyur Iran Usai Alami Kekeringan Terburuk Lebih 60 Tahun

21 Desember 2025 | 17:30 WIB
Hujan Langka Guyur Iran Usai Alami Kekeringan Terburuk Lebih 60 Tahun
Ilustrasi hujan deras di Teheran, Iran. [Meta AI]

Hujan pertama di musim gugur akhirnya turun di Teheran, Iran, membawa kelegaan setelah berbulan-bulan ibu kota dilanda kekeringan parah.

rb-1

Fenomena yang jarang terjadi di akhir tahun ini disambut hangat oleh warga, meski sempat memicu kemacetan di sejumlah ruas jalan utama.

Baca Juga: Danau Mengering, Waduk Menipis, Iran Hadapi Krisis Air Terbesar Sepanjang Sejarah!

rb-3

Hujan deras mengguyur Teheran pada Rabu (awal Desember), menjadi hujan pertama setelah berbulan-bulan nyaris tanpa curah hujan.

Kondisi ini terjadi di tengah krisis air nasional dan penurunan kualitas udara yang memburuk di berbagai kota besar Iran.

Kekeringan Terburuk Lebih 60 Tahun

Baca Juga: Rudal Iran Gempur Tel Aviv dan Haifa, Balas Serangan Israel ke Fasilitas Nuklir

Ilustrasi hujan deras di Teheran [Meta AI]Ilustrasi hujan deras di Teheran [Meta AI]

Otoritas setempat sebelumnya menyebut Iran tengah mengalami kekeringan terburuk dalam lebih dari 60 tahun.

Curah hujan di Teheran bahkan dilaporkan berada di level terendah dalam satu abad. Padahal, secara normal, hujan musim gugur biasanya mulai turun sejak September.

Sejumlah warga mengaku bersyukur atas turunnya hujan. Amir Abkari (58), seorang sopir bus di rute Lapangan Tajrish, Teheran utara, mengatakan hujan membuat udara terasa lebih bersih meski lalu lintas menjadi lebih padat.

“Kami bersyukur kepada Tuhan. Udara jadi lebih segar. Meski macet, ini masih bisa kami hadapi,” ujarnya. Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya bersama warga sekitar telah berupaya menghemat penggunaan air sesuai imbauan pemerintah.

Hujan tersebut juga membawa lapisan salju tipis di pegunungan utara Teheran, pemandangan yang sudah lama tak terlihat akibat musim kering berkepanjangan. Hal ini memicu harapan warga akan datangnya musim dingin yang lebih basah.

Armaghan Kamyabi (35), seorang pengrajin perhiasan, berharap hujan terus berlanjut. “Saya senang hujan akhirnya turun. Semoga segera disusul salju,” katanya.

Hujan Belum Cukup Atasi Krisis Air

Namun, pemerintah mengingatkan bahwa hujan ini belum cukup untuk mengatasi krisis air. Seorang pejabat sektor air menyebut cadangan air di bendungan nasional masih berada di level minimum.

Sebelumnya, pemerintah bahkan memberlakukan pemadaman air bergilir pada malam hari untuk menghemat pasokan.

Teheran yang berada di lereng selatan Pegunungan Alborz dikenal memiliki musim panas yang panas dan kering, musim gugur dengan hujan terbatas, serta musim dingin yang bisa sangat dingin dan bersalju.

Presiden Iran, Massoud Pezeshkian, bahkan sempat memperingatkan bahwa Teheran berpotensi menghadapi risiko serius akibat krisis air. Ia menyebut kemungkinan evakuasi kota dengan lebih dari 10 juta penduduk, meski belum menjelaskan skema teknisnya.

Sementara itu, hujan lebat juga dilaporkan menyebabkan banjir di sejumlah wilayah lain, terutama di Provinsi Zanjan dan Kurdistan, Iran bagian barat. Badan meteorologi memprediksi hujan dan salju masih akan terjadi di wilayah barat dan barat laut Iran dalam beberapa hari ke depan.

Sebagai langkah darurat, pemerintah Iran mengonfirmasi telah melakukan operasi penyemaian awan di sejumlah wilayah guna meningkatkan potensi hujan.

Tag iran hujan