Setelah 700.000 Tahun Lebih Tertidur, Gunung Berapi di Iran Tunjukkan Pergerakan Vulkanik
Di Iran bagian tenggara, sekitar 31 mil (7,8 km) dari kota terdekat, gunung berapi yang dikenal sebagai Taftan mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik. Meskipun demikian, Gunung Taftan tidak memiliki sejarah letusan yang pernah dikonfirmasi,
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa gunung ini telah naik setinggi 3,5 inci (8,9 cm) selama 10 bulan. Para ilmuwan khawatir hal ini menandakan tekanan tekanan yang dapat dilepaskan secara eksplosif.
Penyebab Kenaikan Permukaan Taftan
Baca Juga: Truth Social Milik Donald Trump Diretas, Hacker Iran Akui Bertanggung Jawab
Dengan menggunakan data satelit, sekelompok peneliti menemukan kenaikan Taftan dari Juli 2023 hingga Mei 2024. Gunung ini tetap pada ketinggian tersebut sejak saat itu, tanpa kehilangan kenaikan 3,5 inci yang terjadi.
Tidak ditemukan faktor eksternal yang menyebabkan kenaikan ini, sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa hal tersebut berasal dari tingginya tekanan internal. Taftan adalah gunung berapi stratovolcano, tersusun atas lava dan abu yang menggumpal, dengan magma yang berada sekitar dua mil di bawahnya.
Baca Juga: Gambaran dan Lokasi Al Udeid, Pangkalan Udara Milik AS yang Digempur Iran
Dikutip BGR, aktivitas penemuan ini dipublikasikan dalam Geophysical Research Letters pada Oktober 2025, dan melibatkan tim peneliti dari Tiongkok, Jerman, dan Spanyol. Publikasi tersebut menjadi peringatan bagi Iran: jangan mengabaikan Taftan yang mulai terbangun.
Penelitian terhadap Gunung Taftan
Gunung Taftan di Iran. [youtube]Gunung berapi Taftan merupakan bagian dari rangkaian pegunungan tempat pertemuan Lempeng Arab dan Eurasia. Taftan adalah satu-satunya puncak di wilayah tersebut yang secara konsisten mengeluarkan uap dan gas.
Lokasinya juga terpencil, sehingga data dan pemantauan rutin terhadap gunung ini sangat terbatas. Untuk mengatasi hal ini, tim peneliti mengembangkan penyaringan baru untuk membersihkan data satelit terkait pergerakan geologis yang dikenal sebagai InSAR (interferometric sintetik aperture radar).
Peneliti menemukan tepat kapan kenaikan dimulai dan dihentikan, serta di mana pusatnya. Secara khusus, pusat pergerakan berada di sekitar tiga ventilasi uap di puncak gunung berapi.
Selain itu, mereka menemukan bahwa sisi timur puncak bergerak lebih lambat dan berhenti lebih cepat dibandingkan sisi barat. Mereka membandingkan data ini dengan pergerakan vulkanik serupa di Italia dan Jepang (Jepang bahkan memiliki sebuah kota yang dibangun di dalam gunung berapi).
Mereka tidak menemukan sejarah pergerakan serupa yang menyebabkan terjadinya letusan, namun yang jelas bahwa pergerakan gunung ini disebabkan oleh gangguan internal. Sebuah peringatan dari Gunung Berapi yang sudah 700.000 tahun tertidur.