Indonesia Siap Bantu Malaysia Redakan Konflik Kamboja-Thailand

Pemerintah Indonesia siap membantu Malaysia selaku Ketua ASEAN 2025 untuk meredakan ketegangan konflik Kamboja-Thailand.

Demikian disampaikan Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Roy Soemirat, terkait ketegangan yang terjadi antara Kamboja dan Thailand.

Indonesia Siap Bantu Malaysia

Baca Juga: 55 WNI yang Disekap di Kamboja Bebas

Peta konflik Thailand dan Kamboja. [Istimewa]

"Kita juga sudah sampaikan kesiapan kita untuk bantu Malaysia, mengingat banyak pengalaman kita di tahun 2011 lalu untuk meredakan ketegangan di antara kedua negara saat itu,” katanya seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (27/7/2025).

Roy menjelaskan bahwa Indonesia mengikuti secara saksama perkembangan konflik yang terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja.

Baca Juga: Warning Bagi Timnas Indonesia U-23, Ini Rekor 'Gila' Thailand di Semifinal Piala AFF U-23

Indonesia juga percaya kedua negara bertetangga itu akan memilih cara damai dalam menyelesaikan perbedaan, sesuai dengan prinsip dalam Piagam ASEAN dan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC).

Lanjut disampaikannya, Menteri Luar Negeri RI telah melakukan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia untuk menjajaki langkah bersama ASEAN dalam membantu kedua negara menyelesaikan masalah ini secara damai.

“Indonesia tengah mencari formula yang tepat, baik melalui kerangka bilateral maupun ASEAN, untuk meredam dan menyelesaikan eskalasi yang terjadi di perbatasan Kamboja-Thailand,” tukasnya.

Konflik Kamboja-Thailand Masih Memanas

Ilustrasi konflik Thailand dan Kamboja. [Istimewa]

Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja masih terus berlanjut hingga Minggu pagi, 27 Juli 2025.

Suara dentuman artileri masih menggema di udara, terutama di sekitar kota Samraong, wilayah Kamboja yang berada tak jauh dari garis depan pertempuran.

Ketegangan dua negara bertetangga ini meningkat tajam sejak 24 Juli 2025, setelah kontak senjata terjadi di kawasan perbatasan yang telah lama menjadi sumber sengketa.

Hingga kini, pertempuran tersebut telah menelan puluhan korban jiwa dan memicu gelombang pengungsian.