Inflasi Sumut Meroket Dihantam Bencana, Harga Cabai Kian Pedas
Baca Juga: Jelang Nataru: Bupati Rejang Lebong Pimpin Rapat Penting! Harga Kebutuhan Pokok Dijamin Aman?
“Yang paling mencolok adalah cabai rawit. Rata-rata kenaikannya mencapai 130 persen. Ini dampak langsung dari terputusnya distribusi pasokan cabai rawit dari Aceh ke Sumatera Utara akibat bencana,” jelasnya.
Selain cabai, sejumlah komoditas pangan lainnya juga mengalami kenaikan harga signifikan. Harga bawang merah naik sekitar 8,6 persen, telur ayam ras meningkat 2,2 persen, dan daging ayam ras melonjak sekitar 7,2 persen. Sementara itu, harga beras terpantau naik sekitar Rp500 per kilogram, meski kenaikannya tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah Sumut.
“Gangguan distribusi telah memukul rantai pasok bawang merah, kenaikan harga jagung ikut mendorong biaya produksi pakan ternak, dan bencana membuat pengendalian pasokan ayam menjadi tidak optimal,” kata Gunawan.
Ia menambahkan, sejumlah fenomena yang terjadi dalam sebulan terakhir antara lain tertundanya penurunan harga cabai merah, terganggunya distribusi pangan antarwilayah, serta memburuknya kondisi logistik akibat bencana alam.
Ironisnya, inflasi berbasis pasokan ini terjadi di tengah lemahnya daya beli masyarakat. Gunawan mencatat, hasil observasi di Pasar Induk Tuntungan menunjukkan adanya penurunan omzet yang cukup signifikan.
“Artinya, masyarakat Sumut menerima dua pukulan ekonomi sekaligus. Pertama, bencana merusak aset dan menekan belanja rumah tangga. Kedua, masyarakat justru harus membayar harga yang lebih mahal akibat pasokan yang terganggu,” tegasnya.
Gunawan menilai, kondisi ini memerlukan respons cepat dari pemerintah daerah dan otoritas terkait, khususnya dalam mempercepat pemulihan distribusi, menjaga kelancaran logistik, serta memperkuat koordinasi antarwilayah agar tekanan inflasi tidak semakin membebani masyarakat di awal tahun mendatang.